Selasa 07 May 2019 07:09 WIB

Wawancara Presiden Jokowi: Hati Saya Bergetar Masuk Kabah

Jokowi mengatakan bisa masuk Kabah itu anugerah yang sangat disyukuri.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana menunaikan ibadah umrah di Makkah, Arab Saudi, Senin (15/4) pagi.
Foto: Dok. TKN
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana menunaikan ibadah umrah di Makkah, Arab Saudi, Senin (15/4) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, Republika mendapat kesempatan berbincang dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (6/5) pagi. Dalam pertemuan yang berlangsung santai, Jokowi menyampaikan pesan-pesannya mengenai Ramadhan. Ia juga bicara dengan begitu semangat mengenai pengalamannya ketika mendapatkan kesempatan masuk ke Ka'bah dan makam Nabi Muhammad SAW saat berumrah pada April lalu. Berikut petikan wawancaranya.

Kita sudah memasuki bulan Ramadhan. Apa pesan-pesan yang ingin Bapak sampaikan kepada masyarakat pada bulan yang suci ini?

Ini bulan yang penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan di mana pahala dilipatgandakan. Kita, seluruh masyarakat, berbondong-bondong bergembira menyambut bulan yang penuh ampunan ini. Mari kita memperkuat ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Yang juga penting untuk kita lakukan adalah memperkuat ukhuwah kita, baik itu ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. Kita sebagai sebuah bangsa besar, apalagi sehabis pileg dan pilpres, kembali lagi kita bersaudara sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Ini momentum yang sangat bagus untuk mengingatkan kita semua sebagai saudara sebangsa dan setanah air.

Setelah debat terakhir capres, Pak Jokowi langsung mengunjungi Arab Saudi dan melakukan umrah. Saat umrah, Bapak mendapat kesempatan memasuki Ka'bah dan makam Rasulullah SAW. Bagaimana ceritanya bisa mendapat kesempatan itu dan bagaimana perasaan Bapak saat itu?

Tiga tahun lalu saat saya bertemu dengan beliau (Raja Salman bin Abdulaziz--Red) atau 3,5 tahun yang lalu saat saya ke Saudi, saya menyampaikan ingin sekalian umrah, tapi tidak bisa saat itu juga karena penuh. Masjidil Haram sangat penuh karena apa pun harus disetop untuk karena memang standar untuk kepala negara seperti itu.

Sehingga, beliau menjanjikan di lain waktu. Jadi, sebenarnya sudah lama saya diundang Raja Salman untuk kunjungan ke Arab Saudi. Kemarin itu selain saya menghormati undangan Raja Salman, saya sekaligus menyempatkan diri untuk umrah karena juga tahapan pilpres sudah selesai. Waktunya juga saya lihat kemarin ada dua hari yang kosong.

Jadi, ya sudah, langsung. Setelah debat saya langsung berangkat. Jam 12 malam terbang. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar meskipun gak tidur. Sampai di Saudi siang, lalu bertemu Raja Salman.

Sorenya ketemu menteri-menteri Arab Saudi. Malamnya sampai jam 11 pertemuan dengan Pangeran Muhammad bin Salman. Jam 11 malam lebih berangkat ke Jeddah, kemudian langsung ke Masjidil Haram. Sampai di Makkah sudah jam 3 pagi.

Jam 3 masuk Ka'bah dulu, cium Hajar Aswad, baru tawaf, shalat Subuh baru sai'. Setelah sa'i, ganti baju, makan pagi. Lalu, dari Makkah ke Jeddah melalui jalan darat. Jedah ke Madinah naik pesawat. Saya kemudian ke Masjid Nabawi, sekitar 30 menit di sana, setelah itu langsung kembali ke Indonesia lagi. Sama sekali gak (ada istirahat).

Pengalaman spiritual apa yang paling dirasakan dalam ibadah umrah saat itu?

Ya kan saya sudah berkali-kali ya umrah. Saat berhaji pun, misalnya, kita mendekat ke Ka'bah itu sulit, apalagi misalnya sampai bisa memegang Hajar Aswad, itu sangat sulit. Saat umrah beberapa kali itu sulit juga.

Tapi, kemarin kan untuk kita dihentikan, kemudian diberi penjagaan. Alhamdulilah bisa masuk Ka'bah. Di dalam bisa shalat sunah dua rakaat di empat penjuru dan ada satu tempat lagi shalat sunah di situ. Nabi dulu shalat di situ.

Lha wong dulu megang saja sulit gitu kok, sekarang bisa masuk ini kan sebuah kesempatan, anugerah yang sangat langka sekali. Sekali lagi saya menyampaikan terima kasih kepada Raja Arab Saudi yang memberikan kesempatan kepada saya, kepada keluarga, untuk bisa masuk ke Ka'bah, bisa masuk ke makam Rasul. Sebuah pengalaman spiritual yang tidak terbayangkan sebelumnya. Ibu Jokowi dan anak-anak juga bisa masuk ke Ka'bah, bisa masuk ke makam Rasul.

Doa apa yang dipanjatkan?

J: Hahahahaha…, baca doa kok diminta dibuka-buka. Ya ini kan ibadah sirriyah yang tidak diharuskan kita membaca doa-doa tertentu. Jadi, membaca doa-doa yang biasa kita baca sehari-hari dan tentu saja yang paling penting berdoa untuk kemajuan negara ini, berdoa untuk kesejahteraan negara ini, berdoa utk ketenteraman negara ini. Sama berdoa untuk pilpres. Hehehe…. Ya blak-blakanlah, wong diberi kesempatan.

Bisa diceritakan saat masuk ke area makam Nabi Muhammad SAW? Seperti apa di dalamnya?

Dulu saya ingat, kalau ingin dapat tempat yang paling depan di Raudlah itu kan desak-desakan. Itu pun mau shalat sunah saja didorong-dorong. Sudah beberapa kali. Tapi, yang kemarin ini kan memang disetop (dijaga) dan kami diberi tempatnya. Alhamdulillah juga diperbolehkan untuk masuk ke makam Nabi.

Menjadi kenikmatan bisa berziarah ke makam Nabi dan dua sahabat beliau yang berdampingan. Jadi, di sebelah makam Nabi ada makam Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khatab. Sebuah kenikmatan berziarah.

Isinya apa, Pak?

Itu bekas kamar gitu ya. Juga tertutup oleh semacam tenda gitu. Rumah dulu kan tenda begitu ya. Tapi, ya agak setengah gelap. Itu anugerah yang istimewa karena itu dulunya kamar Rasulullah. Jarang orang dapatkan kesempatan seperti itu. Alhamdulillah kami sekeluarga sangat terharu, bersyukur mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa ini. Impian seluruh umat Muslim.

Ibu Negara Iriana tampak menangis terharu setelah mencium Hajar Aswad. Ibu cerita apa yang dirasakan saat itu?

Ya seperti yang saya ceritakan, dulu megang gitu saja susah. Ini bisa langsung dihentikan (oleh petugas) dan langsung diberi kesempatan. Kan mungkin sangat kaget, terharu. Saya juga kaget.

Mungkin tergetar hatinya karena dapat kesempatan luar biasa bisa mencium Hajar Aswad yang dulunya sangat sulit sekali. Batu dari surga. Enggak pernah kami alami sebelumnya.

Dari rakyat biasa kan beberapa kali sudah umrah. Ibu juga, gak tahu sudah berapa kali. Mungkin lebih banyak dari saya. Ke sana enggak dengan saya. Sama saudara. Jadi, ya kaget bisa mendekat. Apalagi, yang perempuan kan sulit banget itu

Yang saya rasakan saat itu pun hati saya bergetar. Kaget juga, enggak menyangka.

Kembali ke soal Ramadhan, apakah menyusun jadwal khusus dengan keluarga?

Ya biasa saja. Mengalir saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement