Sementara, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, mengaku pihaknya tak khawatir dengan pertemuan AHY-Jokowi. Pertemuan itu dinilai sebagai suatu silaturahim biasa, bukan indikasi keretakan koalisi parpol pengusung paslon 02.
"Silakan saja Mas AHY dan Pak Jokowi bertemu. Kami menghormati pertemuannya dan kami tetap yakin komitmen Partai Demokrat untuk tetap solid bersama-sama Koalisi Indonesia Adil dan Makmur. Kami sih tidak khawatir ya," ujarnya.
Mencari celah
Pengamat politik Yunarto Wija ya menilai Demokrat sedang berusaha keluar dari narasi yang tengah digunakan kubu Prabowo Subianto dalam Pemilu 2019. "Ini menurut saya hanya sinyal dari Demokrat ingin menolak cara-cara Prabowo untuk menolak pemilu. Itu saja," kata Yunarto kepada Republika, Jumat.
Direktur eksekutif Charta Politika Indonesia itu mengatakan, bergabungnya Demokrat dalam koalisi Adil dan Makmur merupakan sebuah keterpaksaan. Hal itu terbaca dari ketidakselarasan bahasa antara SBY serta partainya dengan kubu Prabowo Subianto sejak awal.
Presiden Jokowi menerima Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Istana Merdeka, Kamis (2/5).
Keruhnya hubungan Demokrat dan Prabowo juga terlihat dari kegagalan AHY menjadi cawapres. "Menurut saya komunikasi awal lebih bagus SBY terhadap Jokowi dibandingkan dengan Prabowo," kata Yunarto.
Peneliti Bidang Perkembangan Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti, memprediksi Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) kemungkinan akan bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Sebab, komitmen ke duanya mendukung Prabowo Subian to-Sandiaga Uno dalam pilpres 2019 telah usai.
"Komitmen parpol selesai pada saat pilpres usai sehingga tidak menutup peluang PAN dan Demokrat bergabung ke Jokowi," ujar Aisah. Menurut dia, PAN dan Demo krat akan diuntungkan jika Jokowi menang dalam pilpres kali ini.