Senin 15 Apr 2019 19:28 WIB

Asrorun: Pemimpin tak Boleh Pesimistis

Kesuksesan pemimpin harus dimulai dari rumah tangga.

Red: EH Ismail
Deputi II Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Ni’am Sholeh.
Foto: Dok. Pri.
Deputi II Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Ni’am Sholeh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemuda merupakan aset bangsa yang perlu dibina dan dikembangkan. Sebab, kelangsungan suatu bangsa untuk masa depan yang gemilang sangat tergantung kepada pemuda yang ada saat ini.

“Oleh karena itu, pemuda perlu dibekali dengan berbagai keahlian dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang kepemimpinan yang tidak dapat dipisahkan dari nilai keimanan dan ketakwaan seseorang,” kata Deputi II Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Ni’am Sholeh pada acara Pelatihan Kepimpinan Pemuda Tingkat Utama di Jakarta, Ahad (14/4).

Kegiatan yang mengusung tema Developing Leadership Through Responsibility and Idea ini berlangsung sejak kemarin sampai Selasa (16/4). Peserta kegiatan yang berjumlah sekitar 200 orang merupakan para aktivis pemuda dari IPNU, IPPNU, HMI, PMII, dan tokoh-tokoh pemuda lainnya.

Asrorun melanjutkan, pelatihan kepemimpinan bisa menanamkan hal-hal positif kepada para paserta yang pada akhirnya bakal memengaruhi pola pikir dan kehidupan mereka. Kata-kata positif dan nilai-nilai optimisme memang harus dibangun di dalam diri seseorang sejak muda belia.

Magic of the positif words akan mempengaruhi pola pikir dan kehidupan kita. Begitu juga kata-kata positif dan kata-kata optimis. Karena itu, pemimpin tidak boleh pesimistis,” ujar Asrorun.

Apabila seorang pemimpin mengeksploitasi pesimisme di tengah masyarakat, kata Asrorun, maka bisa dipastikan dia akan gagal. Sebab, begitu pesimisme terus dieksplorasi dan dieksploitasi, maka dengan sendirinya pemimpin itu terus terbebani dengan hal-hal yang bersifat pesimistis.

Pada bagian lain, Asrorun memaparkan, sifat dan gaya kepemimpinan seseorang tercermin dari sifat dan gaya kepribadian orang tersebut. Karenanya, kepemimpinan pribadi haruslah sejalan dengan kepemimpinan domestik. Jika tidak, maka ancaman terhadap kedaulatan negara akan dipertaruhkan lantaran kehidupan bangsa terdiri dari koloni-koloni setiap individu. Koloni-koloni tersebut adalah bagian terkecil dari sebuah bangsa dan negara.

“Tidak ada orang yang sukses memimpin kalau tidak bisa dimulai dari diri sendiri. Dan organisasi yang paling kecil adalah keluarga. Kesuksesan pemimpin harus dimulai dari rumah tangga,” ujar Asrorun.

Kepada para peserta pelatihan, Asrorun pun berpesan agar mereka terus mengasah diri, belajar, dan menguatkan sendi-sendi kepemimpinan individu serta menumbuhkan komitmen terhadap bangsa dan negara. “Hanya dengan kompetensi yang unggul, pikiran yang optimistis, dan integritas yang tinggilah akan terwujud bangsa Indonesia yang lebih baik,” kata Asrorun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement