REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Voxpol Center Research & Consulting mendapati karakter personal mendominasi alasan pemilih untuk mendukung salah satu capres dalam Pilpres 2019. Hal itu terungkap dalam rilis hasil survei Voxpol di Jakarta pada Selasa, (8/4) sore.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago merangkum ada sepuluh alasan pemimpin dipilih oleh rakyat. Tiga alasan yang mendominasi yaitu karakter personal kandidat, kualitas dan penampilan fisik.
"Dari sisi karakter personal kandidat 95,8 persen, kualitasnya 93,5 persen dan penampilan fisik 87,4 persen," katanya dalam rilis survei.
Adapun, tiga faktor yang menempati urutan terbawah alasan memilih capres yaitu asal daerah (59 persen), jenis kelamin (58,1 persen), dan asal etnis (43,9 persen). "Untuk alasan agama hanya menempati urutan ketujuh sebesar 62,9 persen," ujarnya.
Hingga saat ini, angka elektabilitas versi survei Voxpol menyebut Jokowi-Amin unggul (48,8 persen) dari Prabowo-Sandi (43,3 persen). Namun Pangi menyatakan pilihan pemilih masih dapat berubah. Apalagi angka undecided voters-nya sebesar 7,9 persen.
Pangi menyimpulkan ada enam faktor yang mempengaruhi pemilih di detik terakhir pencoblosan. Faktor terkuat yaitu saat pemilih berada di bilik suara (27,9 persen). Berikutnya, melihat penampilan di debat terakhir (21,2 persen) dan sebelum berangkat ke TPS (19,7 persen).
"Ada juga yang menunggu pemberian hadiah, sembako atau uang (13,1 persen)," sebutnya.
Sementara itu, Jubir milenial TKN Jokowi-Maruf, Muhammad Shujahri mengatakan terus berkampanye baik lewat media sosial dan pintu ke pintu. Ia merasa kedua jenis kampanye itu mesti diperkuat guna meraih simpati undecided voters.
"Kalau dari parpol, walau bersaing di pileg tapi kerja sama di pilpres. Kami selalu motivasi tim biar giat cari suara, dalam tiap survei kami ambil batas bawah dari margin of error-nya bisa semangat," tuturnya.
Di sisi lain, Anggota BPN Prabowo-Sandi, Dian Fatwa menyampaikan bakal tetap berkampanye sampai masa tenang pemilu. Bentuk kampanyenya berupa kampanye partisipatif.
"Tidak ada sembako, pengerahan massa, mobilisasi amplop. Kampanye kami partisipatif dan keikhlasan," ujarnya.