Selasa 09 Apr 2019 17:23 WIB

Purwakarta Terjunkan Tiga OPD Tangani Kasus Pembuangan Bayi

Instansi tersebut adalah Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Dinas Perlindungan Anak.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andi Nur Aminah
Penemuan Bayi (ilustrasi)
Foto: Foto : MgRol_92
Penemuan Bayi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kasus pembuangan jasad bayi, di dua lokasi berbeda di Kabupaten Purwakarta, mendapat perhatian sejumlah pihak. Salah satunya, dari Penjabat Sekda Purwakarta, Iyus Permana. Iyus, langsung menginstruksikan tiga instansi untuk menangani kasus pembuangan jasad bayi tersebut. "Saya kaget, selama dua hari berturut-turut, ada kasus pembuangan jasad bayi di tempat sampah," ujar Iyus, Selasa (9/4).

Iyus sudah menginstruksikan kepada pihak-pihak terkait, untuk langsung turun ke lapangan. Serta, melakukan langkah-langkah, supaya tidak ada lagi kejadian yang serupa.

Baca Juga

Adapun, instansi yang telah diinstruksikan ini, yakni Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Dinas Perlindungan Anak. Pihaknya, tidak ingin kasus ini terulang lagi.

Karena itu, pemkab perlu mengintervensi masyarakat. Salah satunya, dengan memberikan sosialisasi dan edukasi. Mengingat, jika benar kedua jasad bayi itu merupakan korban aborsi, maka pelakunya akan berhadapan dengan hukum. "Ini, harus kita telusuri. Apa yang jadi akar penyebab, sampai ada pembuangan jasad bayi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Purwakarta, Nur Aisah Jamil, mengatakan, pihaknya sangat prihatin terhadap sikap orang tua yang tidak bertanggungjawab dalam membesarkan anak. Apalagi, sampai jasad anaknya dibuang di tempat sampah.

"Semua pihak hendaknya bisa menjadi penyeimbang, bahwa membesarkan anak itu adalah ibadah. Apapun kondisinya anak perlu mendapatkan hak dan perlindungan dari orang dewasa," ujarnya.

Menurutnya, kestabilan emosi perempuan sebagai ibu dalam membesarkan anak sangat penting. Pasalnya, jika ibu tersebut labil, akibat faktor ekonomi atau rendahnya daya dukung keluarga, maka ibu tersebut bisa menjadi labil.

"Ada sejumlah upaya untuk mengatasi hal itu. Seperti, memberikan pemahaman kepada ibu pranikah atau pasutri, penguatan mental dari para pemuka agama, dukungan dari keluarga dekat dan hubungan sosial harus ditingkatkan. Karena faktor ekonomi bisa jadi pemicu utama, kelabilan emosi seorang ibu," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement