REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Korban banjir di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Herdin, mengeluhkan penanganan bantuan yang belum maksimal. Warga Kelurahan Simpasai, Kecamatan Dompu, itu menilai bantuan dari pemerintah lamban untuk disalurkan. Padahal, kata Herdin, seluruh peralatan dapur warga rusak disapu banjir.
"Kami mau masak di mana, listrik masih padam, kompor juga sudah hanyut, yang kami butuhkan makanan siap saji," ujar Herdin saat dihubungi dari Mataram, NTB, Jumat (5/4).
Herdin mengatakan banjir pada dasarnya kerap melanda wilayahnya, namun yang terparah terjadi pada Rabu (3/4). Kata Herdin, hingga saat ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah dan mengandalkan bantuan makanan dari warga yang tidak terdampak.
Herdin meminta Pemkab Dompu lebih sigap dalam melakukan penanganan bencana mengingat banyak warganya yang harus mengungsi akibat banjir.
Warga Kelurahan Bali 1 Dompu, Diki mengeluhkan hal serupa. Diki mengatakan warga terdampak banjir sangat memerlukan bantuan kebutuhan mendesak seperti makanan hingga pakaian.
"Kami belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, hanya dari orang-orang yang bukan dari pemerintahan, itu pun mie, air minum dan nasi," ucap Diki.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muhammad Rum mengatakan BPBD NTB bersama Dinas Sosial NTB telah mengirimkan 4 ton bantuan logistik dengan rincian 60 dus air mineral, 100 dus mie instan, 100 lembar matras, 100 dus selimut, 1.000 kg beras, 400 paket lauk pauk, 96 kotak susu, 5 dus bubur, 10 pasang sepatu boot, 72 buah jas hujan.
Rum menambahkan, BPBD Kabupaten Dompu telah mengerahkan tim reaksi cepat ke lokasi terdampak untuk melakukan kaji cepat dan pendataan.
Rum mengatakan banjir mengakibatkan sekira 3.000 warga di Dompu mengungsi akibat banjir dengan 700 rumah yang terdampak, tiga rumah di antaranya rusak berat. Rum menyampaikan, 3.000 warga mengungsi di rumah keluarga yang tidak terdampak banjir. Rum menyebutkan, tidak ada korban luka maupun korban jiwa akibat kejadian tersebut.
Rum mengatakan kejadian banjir di Dompu disebabkan sejumlah faktor, mulai dari tingginya curah hujan, kerusakan hutan, ketidaksiapan infrastruktur, kondisi masyarakat yang masih tinggal di bantaran sungai, termasuk alih fungsi hutan yang ditanami jagung.
"Silakan tanam jagung tapi di daerah yang datar, jangan buka lahan baru dengan mengorbankan hutan yang berfungsi sebagai penyangga ketika ada hujan dan jangan juga menanam jagung di lereng bukit yang curam. Intinya pastikan setiap yang kita perbuat itu ada risiko atau ancaman bencana yang akan datang," kata Rum di Mataram, Jumat (5/4).
Rum menambahkan, normalisasi sungai yang tidak dilakukan membuat tanggul tidak mampu menahan datangnya air.
"Kita sudah coba saya rencana kerja pemerintah 2020 ingin melakukan mitigasi struktural, pembuatan tanggul, normalisasi sungai, rehabilitasi hutan, dan lahan," ucap Rum.