Jumat 05 Apr 2019 09:43 WIB

KPK Akhirnya Bongkar Kardus Serangan Fajar Pileg

KPK janji bongkar seluruh 400 ribu amplop yang berisi uang suap untuk serangan fajar.

Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan bersama penyidik KPK memperlihatkan barang bukti saat konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (28/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan bersama penyidik KPK memperlihatkan barang bukti saat konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabiro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengatakan, penyidik kembali membongkar amplop-amplop yang berisi uang suap 'serangan fajar' yang disita dari anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso. Saat ini, dari 84 kardus, sudah empat kardus yang dibuka.

"Perkembangan penghitungan uang di amplop, sampai siang ini, tim mulai masuk pada kardus keempat," kata Febri, Kamis (4/4).

Sebelumnya, penyidik telah membongkar tiga dari 84 kardus yang berisi amplop uang serangan fajar Bowo Sidik Pangarso. Hingga kemarin, kata Febri, ada 15 ribu amplop yang telah dibuka. "Sejauh ini telah dibuka 15 ribu amplop. Uang dalam amplop (yang sudah dibuka) berjumlah Rp 300 juta," ungkapnya.

KPK menjanjikan akan membongkar seluruh 400 ribu amplop yang berisi uang suap untuk serangan fajar tersebut. Namun, KPK butuh waktu yang cukup lama untuk mengungkap keseluruhan isi dalam amplop tersebut.

Febri kemudian mengiyakan, dari hasil pengecekan amplop-amplop yang ada di dalam tiga kardus sebelumnya, tim menemukan adanya logo bergambar cap jempol. Temuan cap jempol ini menjadi ramai di media sosial karena salah satu pasangan yang tampil di Pemilihan Presiden 2019 menggunakan logo cap jempol. Bahkan kandidat kerap mengacungkan jempol dan memiliki salam jempol.

Ketika ditanya apakah logo cap jempol yang ditemukan di amplop itu mirip dengan yang digunakan pasangan 01, Febri tidak menjawab langsung. Ia justru kembali menekankan bahwa berdasarkan fakta hukum yang ditemukan KPK sejauh ini, amplop tersebut digunakan untuk serangan fajar terkait pencalonan Bowo Sidik yang maju sebagai calon legislatif (caleg) pejawat dari Partai Golkar dapil Jawa Tengah II.

"Dari fakta hukum yang kami dapatkan sampai dengan saat ini diduga amplop ini akan dibadikan untuk kepentingan pileg karena BSP menalonkan didi di dapil jateng II. Jadi, dari fakta hukum yang ada di duga untuk kebutuhan pileg," kata Febri.

Isu adanya gambar jempol di amplop-amplop yang disita KPK itu mulanya beredar di kalangan media, kemudian diembuskan pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uni. KPK baru mengiyakan secara resmi adanya cap jempol itu pada Rabu (3/4). Saat jumpa pers pengungkapan barang bukti itu pada akhir Maret lalu, keberadaan cap jempol itu tak diungkapkan KPK.

Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uni, Dahnil Anzar Simanjuntak, adalah salah satu yang menyinggung persoalan ini. Melalui cicitannya tak lama setelah konferensi pers pada Jumat (29/3) lalu, Dahnil mengungkapkan dugaan adanya cap jempol dalam amplop-amplop tersebut.

"Saya apresiasi OTT terhadap politisi Golkar, tapi bu Basaria @KPK_RI kenapa tidak dibuka dan tunjukkan 400 ribu amplop-amplop yang berisi uang 20 ribuan dan 50 ribuan yang diduga ada cap jempolnya itu?" tulis Dahnil dalam cicitannya saat itu.

Febri menuturkan, semua amplop direncanakan akan dibuka untuk proses pembuktian dalam perkara ini. "Tapi nanti kita lihat lebih lanjut perkembangannya. Karena pada prinsipnya apa yang dilakukan KPK adalah tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk proses pembuktian," ujarnya.

Mantan aktivis ICW itu menambahkan, pada Kamis (4/4) penyidik juga memeriksa Bowo sebagai tersangka. Kepada Bowo, penyidik mendalami lebih lanjut apa yang dia ketahui dan bagaimana peran-perannya dalam proses kerja sama tersebut.

Penyidik, sambung Febri, jugab mengonfirmasi terkait amplop 'serangan fajar' yang dimilikinya, termasuk cap jempol yang ada di amplop tersebut. "Ya tentu dari berbagai bukti yang didapatkan, termasuk juga keterangan dari yang bersangkutan juga didalami lebih lanjut dan fakta hukum yang ada digunakan untuk kepentingan pileg," ujar Febri.

Adapun usai diperiksa penyidik, Bowo irit bicara dan terus merunduk saat ditanyakan ihwal materi pemeriksaannya. "Semua sudah dijelaskan ke penyidik," ujarnya sambil berlalu masuk ke mobil tahanan.

photo
Tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk Bowo Sidik Pangarso seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (4/4).

KPK telah menetapkan anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso tersangka suap kerja sama distribusi pupuk PT Pupuk Indonesia Logistik (Pilog) dengan PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK). selain Bowo, dua tersangka lainnya, yakni pihak swasta yang merupakan orang kepercayaan Bowo, Indung sebagai penerima suap dan Marketing Manager PT HTK Asty Winasti sebagai pemberi suap.

Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah 2 dolar AS per metrik ton. Diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp 221 juta dan 85.130 dolar AS.

Dalam tangkap tangan juga ditemukan uang sekitar Rp 8 miliar dalam pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop. Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk serangan fajar Pemilu 2019.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang diketahui juga merupakan pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi menyarankan KPK bekerja sama dengan Bawaslu untuk mengusut kasus amplop serangan fajar tersebut. (Dian Fath Risalah/Arif Satrio Nugroho ed: Fitriyan Zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement