Senin 01 Apr 2019 03:19 WIB

Pengamat: Pernyataan Dilan Memang Sasar Millenial

Istilah Dilan yang disebutkan Jokowi menyasar target pemilih muda

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Capres nomor urut 01 Joko Widodo mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Capres nomor urut 01 Joko Widodo mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menyoroti penggunaan singkatan Dilan (Digital Melayani) yang digunakan Capres 01 Joko Widodo sepanjang debat Capres pada Sabtu, (30/3). Menurutnya, penggunaan singkatan itu guna menyasar target pemilih muda atau millenial.

Sebab, Dilan sendiri terkenal sebagai judul buku dan film yang digandrungi millenial."Dengan Dilan itu Jokowi lebih detail dan teknis soal efektivitas pemerintahan digital lewat E-Government, E-bujeting, ada mall pelayanan publik dan lainnya. Pakai kata Dilan itu menyasar segmen millenial, Jokowi mau ambil kesana," katanya pada Republika.co.id, Ahad (31/1).

Baca Juga

Kemudian, Prabowo merespons wacana pemerintahan Dilan ala Jokowi dengan narasi lamanya. Yaitu berupaya menarik ke dalam segala bentuk kekayaan Indonesia. Prabowo terus menguatkan pernyataan tentang banyaknya kekayaan bangsa yang malah lari ke luar negeri.

"Prabowo menyerang, tidak ingin kekayaan Indonesia mengalir keluar (negeri) terlalu cepat. Prabowo ingin pemerintahan itu harus berdaulat supaya dihormati bangsa lain," ujarnya.

Di sisi lain, Pangi juga menyoroti sindiran Prabowo soal minimnya keterlibatan Jokowi di pentas internasional. Namun menurutnya, Prabowo kurang mendalami soal tersebut hingga hanya menyentuh permukaannya saja.

"Karena sekretariat ASEAN ada di Jakarta, biar kita jadi pemimpin di Asia Tenggara, jangan kalah sama Malaysia dan Singapura, Prabowo enggak ambil isu ini, walau dia sindir Jokowi absen di pertemuan internasional," ucapnya.

Ia mengingatkan Indonesia mestinya punya peran besar, khususnya di tingkat Asia Tenggara. Salah satunya dengan menuntaskan kasus genosida yang diderita suku Rohingya di Myanmar.

"Harus intervensi dan selesaikan kasus Rohingya di Myanmar karena kita mayoritas umat Islam terbesar. Kasih sanksi-sanksinya. Tentu ini akan lihatkan betapa kuatnya republik ini, biar Myanmar mati kutu," tegasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement