REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka menyambut Earth Hour 2019 pada Sabtu (30/3), penggunaan transportasi publik di Jakarta mulai digencarkan oleh berbagai pihak. Kampanye penggunaan transportasi publik disuarakan mulai dari aktivis dan organisasi berbasis alam dan lingkungan, pelaku usaha transportasi publik, hingga unsur pemerintah daerah.
WWF Indonesia saat konferensi pers Earth Hour di Stasiun MRT Dukuh Atas Jakarta hari ini (27/3) menyatakan Earth Hour akan dilaksanakan selama satu jam. Pelaksanaan Earth Hour dimulai dari pukul 20.30 disesuaikan dengan waktu setempat.
Tahun ini Earth Hour akan memfokuskan upayanya pada peningkatan kesadaran dan tindakan yang menginspirasi penurunan emisi gas rumah kaca. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak perubahan iklim. "Salah satunya adalah penggunaan transportasi umum demi mengurangi emisi gas rumah kaca," kata CEO WWF Indonesia Rizal Malik.
Kegiatan Earth Hour 2019 di Jakarta akan dipusatkan di Lapangan Banteng dengan beberapa atraksi yakni Koreografi membentuk huruf 60+, flashmob, dan drama teatrikal. Studi WWF baru-baru ini di 10 negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia menemukan hanya 40 persen orang yang mengaitkan manfaat alam dengan kebutuhan hidup seperti makanan, air, dan udara segar.
"Saat ini keanekaragaman hayati global menurun pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan tantangan perubahan iklim yang selalu ada. Dengan gerakan ini saya harap bukan hanya pengingat namun juga tindakan nyata berkelanjutan," ucap Rizal.
Dia menyebut WWF Indonesia dan Komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak pemerintah dari tiap tingkatan, pimpinan perusahaan, dan masyarakat untuk menjadi bagian. Mereka dilibatkan dalam percakapan dan solusi yang diperlukan untuk membangun masa depan dengan planet yang sehat dan berkelanjutan untuk semua.
"Khususnya bagi lima juta anak muda yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran agar mengadopsi gaya hidup yang lebih hijau dan berkelanjutan pada 2020. Ini adalah momen untuk mengembalikan hubungan yang lebih baik antara manusia dengan alam, serta menempatkan pelestarian lingkungan sebagai prioritas utama dalam agenda nasional dan lokal," ujarnya.
WWF menyebut pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen pada 2030. Sebesar 11 persennya adalah dari transportasi publik. Karenanya dibutuhkan peran serta masyarakat dalam menggunakan transportasi publik. Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi energi di sektor transportasi pada 2007 sebesar 29 persen dan meningkat menjadi 47 persen pada 2017.
Tercatat pada 2016, sektor transportasi menghasilkan emisi sebanyak 1,28 juta ton dengan rata-rata peningkatan 6,7 persen per tahun. Peningkatan emisi ini lebih besar 1,5 kali lipat dari konsumsi bahan bakarnya.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Muhamad Kamaludin, menyampaikan MRT Jakarta berkomitmen mendukung gerakan Earth Hour 2019 guna mengurangi dampak pemanasan global. Salah satunya dengan gencar mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Contohnya dengan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengutamakan penghematan energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Sebagai dukungan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca pada Earth Hour 2019, kami akan mematikan satu lampu di satu sudut semua 13 stasiun yang ada. Saat ini kami mempertimbangkan titiknya di mana agar tidak mengganggu keamanan para pengguna dan operasional kereta," ujar Kamaludin.
Direktur Utama TransJakarta Agung Wicaksono menyatakan emisi karbon dioksida dari transportasi berkontribusi sampai 46 persen terhadap emisi di perkotaan, terlebih jika lebih banyak yang menggunakan kendaraan pribadi. "Karenanya, TransJakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan haltenya dengan MRT, LRT, dan KRL," jelasnya.