REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Djayadi Hanan menilai, pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebenarnya mendapat manfaat positif melalui survei Litbang Kompas. Dia mengatakan, survei menjadi pengingat agar calon presiden (capres) pejawat tidak lengah hingga hari pemilihan.
"Pasangan yang sedang unggul apalagi petahana punya syarat mutlak untuk tidak merasa aman," kata Djayadi Hanan di Jakarta, Jumat (22/3).
Menurut Djayadi, perasaan aman akan menjadi penghambat untuk meraih kemenangan dalam pemilu. Dia mengatakan, beruntung bagi pasangan 01 pengingat itu datang di saat yang tepat.
Dia mengingatkan kubu pasangan calon (paslon) 01 untuk tidak melupakan lima daerah kunci dalam pilpres kali ini. Dia mengungkapkan, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI, Banten, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan akan menjadi fokus daerah perebutan suara.
"Itu bisa saja dilakukan dengan sprint selama tiga minggu terakhir ini," kata Hanan.
Terkait peta di daerah kunci itu, lembaga Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC) baru saja merilis hasil survei terbaru di wilayah Banten. Saat ini Jokowi-Ma'ruf mampu memperlebar jarak keunggulan di wilayah yang akan memperebutkan sekitar 8 juta suara itu.
"Dari survei yang dilakukan pada 27 Februari hingga 8 Maret 2019 menunjukkan pasangan 01 unggul dengan 43,2 persen. Sedangkan pasangan 01 meraih 41,7 persen," kata peneliti SMRC Deni Irvani.
Keunggulan di Banten ini menjadi hal positif bagi kubu Jokowi-Ma'ruf. Sebab sebelumnya suara di Banten cenderung seimbang. Namun berkat usaha keras dari tim dan relawan, suara Jokowi-Ma'ruf mampu meningkat cukup signifikan hingga kini mampu unggul.
Deni mengatakan, ada sejumlah temuan dalam survei kali ini. Salah satu temuannya adalah masyarakat Banten yang tak terpengaruh isu hoax yang ditujukan pada pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Cukup banyak masyarakat yang mendapat informasi yang tidak berdasarkan fakta tentang Jokowi, seperti isu PKI dan memusuhi ulama. Umumnya pemilih tidak mempercayai isu tersebut," katanya.