Ahad 17 Mar 2019 18:20 WIB

Minat Sekolah Siswa di Selatan Kota Cirebon Rendah

Siswa lebih memilih bekerja membantu orang tua daripada bersekolah.

Rep: lilis sri handayani/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah siswa-siswi murid baru kelas 1 mengikuti apel pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pejaten Barat 10 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (10/7).
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa-siswi murid baru kelas 1 mengikuti apel pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pejaten Barat 10 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Minat anak-anak di wilayah selatan Kota Cirebon, tepatnya di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti untuk bersekolah masih rendah. Pemkot Cirebon pun akan memberikan tunjangan tambahan untuk para guru di daerah yang terpencil tersebut.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPPPD) Kota Cirebon, M Arief Kurniawan menjelaskan, situasi itu setidaknya terjadi di lima sekolah dasar (SD) yang ada di Kelurahan Argasunya, yakni, SD Lebakngok, SD Cadasngampar, SD Sumurwuni, SD Silih Asah 1, dan SD Silih Asah 2.

Baca Juga

Menurut Arief, anak-anak di wilayah itu lebih memilih bekerja membantu orang tua daripada masuk sekolah. Guru seringkali harus menjemput anak-anak ke rumahnya masing-masing untuk bersekolah.

"Sekolah masuk umumnya pukul 07.00 WIB, tapi jam belajar di Argasunya baru dimulai sekitar pukul 09.00 WIB karena guru harus menunggu muridnya datang bahkan harus menjemput mereka ke rumah," ujar Arif, akhir pekan lalu.

Arif mengakui, kondisi itu tak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat di wilayah Argasunya yang memang masih kurang. Akibatnya, anak-anak usia sekolah di sana lebih banyak dilibatkan membantu meningkatkan ekonomi keluarga dibanding bersekolah.

Arif menyebutkan, masyarakat di wilayah Argasunya banyak yang berprofesi sebagai pekerja galian pasir. Dari pekerjaan itu, mereka memperoleh penghasilan Rp 100 ribu per hari. Penghasilan itu dirasa tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Arif mengakui, masih ada ketimpangan antara masyarakat yang tinggal di kawasan utara dan selatan Kota Cirebon. Salah satunya terlihat dari masih kurangnya fasilitas pendidikan.

Arif menjelaskan, di wilayah Argasunya, saat ini hanya tersedia satu SMP dan satu SMA. Padahal, setidaknya dibutuhkan lima SMP dan tiga SMA di wilayah tersebut.

"(Fasilitas pendidikan yang ada sekarang) tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat di Argasunya," ujar Arif.

Pemkot Cirebon telah mengupayakan budaya bersekolah dan literasi bagi masyarakat Argasunya. Budaya bersekolah dan literasi itu menjadi salah satu dari lima prioritas pembangunan Kota Cirebon pada 2020.

Pemkot Cirebon pun sedang mengupayakan menambah besaran tunjangan guru yang bekerja di Argasunya mulai April 2019. Peraturan wali kota (perwali) mengenai hal tersebut sedang disusun untuk menjadi payung hukumnya.

Tambahan tunjangan tersebut diberikan dengan pertimbangan beban guru yang berat. Tambahan tunjangan guru daerah terpencil itu akan diberikan untuk 39 guru berstatus PNS di lima SD di wilayah Argasunya.

 

‘’Kami akan naikkan tunjangannya sekitar Rp 300 ribu per orang,’’ ujar Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement