REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin menilai, kehadiran lembaga survei tetap diperlukan dalam kontestasi pemilu. TKN berpendapat, keberadaan lembaga survei penting guna memetakan suara calon pemilih.
"Kami mementingkan terus bekerja keras dalam mengkampanyekan Jokowi-Maruf, namun kami juga mempertimbangkan hasil survei karena banyak lembaga yang kredibel dan surveinya akurat dengan hasil pemilihan umum," kata Juru Bicara TKN Irma Suryani Chaniago di Jakarta, Kamis (14/3).
Irma menyayangkan, jika kandidat yang menganggap remeh sebuah lembaga survei, apalagi yang telah teruji kredibilitasnya. Politikus partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini juga menyesali adanya penggiringan opini lembaga survei lain yang memang kredibel menjadi lembaga survei yang tidak adil.
"Lembaga survei berbeda dengan survei internal yang merupakan konsumsi masing-masing kandidat," katanya.
Hal serupa juga disampaikan Ketua TKN Koalisi Indonesia Kerja (KIK) Erick Thohir. Dia mengatakan hasil jejak pendapat dari tujuh lembaga survei jelas menyatakan elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-Amin lebih unggul ketimbang Prabowo-Sandiaga.
"Jika bicara hasil survei elektabilitas, lebih baik diserahkan kepada lembaga survei independen yang memang spesialis melakukan hal tersebut," katanya.
Bos Mahaka Grup ini menambahkan, berdasarkan informasi terkini yang dapat diverifikasi, dari tujuh lembaga survei independen yang ada di Indonesia mendapatkan keunggulan tingkat keterpilihan Jokowi-Maruf dibanding Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia mengatakan, selisih elektabilitas keduanya rata-rata 20 persen.
Penegasan Erick tersebut didasari hasil survei elektabilitas untuk Pilpres 2019 yang dilakukan tujuh lembaga, yakni LSI Denny JA, Populi Center, Charta Politika, Indikator Politi, Y-Publika, SMRC dan Celebes Research Center (CRC).
Menurut LSI Denny JA, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin berada di angka 54,8 persen sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga hanya mendapat 31 persen suara. Masih ada 14,2 persen suara yang belum memutuskan atau tidak memberikan jawaban. Data tersebut diperoleh dari 1.200 responden di 34 provinsi pada akhir Januari.
Bahkan peta terbaru yang dirilis lembaga survei Konsep Indonesia (Konsepindo) Research & Consulting elektabilitas pasangan nomor urut 01 Jokowi-Amin unggul dengan angka 55 persen. Paslon 01 ini pun selalu unggul dalam survei mana pun yang pernah digelar.
Hasil survei ini menggunakan pertanyaan spontan jika pemilihan presiden dilakukan hari ini 55 persen langsung memilih Jokowi-Maruf Amin, Prabowo-Sandi sebanyak 33,2 persen dan sisanya 11,8 persen belum menentukan pilihan.
Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Hamdi Muluk sangat menyayangkan jika ada pihak yang meremehkan lembaga survei, apalagi yang kredibel. Menurut Hamdi, hanya asosiasi yang menaungi lembaga-lembaga itu yang berhak memberikan sanksi setelah dilakukan tahap uji validitas terhadap kerja-kerja akademik berbasiskan metodologi dan responden.
“Jangan matikan usaha-usaha ilmiah itu. Apalagi, saya dengar ada politisi menyampaikan enggak perlu lembaga survei, enggak perlu media lantaran mereka semua bisa dibayar. Sebaiknya (politisi) enggak perlu berkomentar seperti itu,” ujarnya.
Sebelumnya, saat bersafari politik di Riau, Rabu (13/3) dan di daetah- daerah lain sebelumnya, kandidat capres 02 Prabowo Subianto sesumbar akan menang di Pilpres 2019. Prabowo mengaku tak terpengaruh dengan berbagai hasil survei yang hampir selalu menempatkannya di peringkat kedua di bawah Jokowi-Maruf Amin.
Prabowo mengatakan sulit percaya dengan hasil survei. Ketua Umum Gerindra ini mengaku lebih percaya hasil survei internal daripada berbagai survei yang marak dirilis ke publik.
"Insyaallah, 17 April kita akan menerima mandat tersebut. Memang survei-survei selalu taruh kita paling bawah. Saya tidak percaya survei-survei itu, karena survei-survei itu dibayar," kata Prabowo.
Elektabilitas Jokowi dan Prabowo