REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT Angkasa Pura I (Persero) akan menyediakan lima titik gerai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)di Bandara Internasional Yogyakarta (New Yogyakarta International Airportnya/NYIA), Kulon Progo. Gerai UMKM berukuran 1,5 meter persegi dan satu gerai berukuran 50 meter persegi yang tersebar di area boarding lounge.
Angkasa Pura I menggandeng Dinas Koperasi dan UMKM (Diskop UMKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menentukan UMKM dan produk apa saja yang akan ditampilkan di gerai-gerai tersebut. Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I Devy Suradji mengatakan produk UMKM akan terbagi menjadi food, craft, dan fashion yang akan mengisi gerai-gerai yang disediakan di area keberangkatan NYIA selama operasional terminal internasional hingga bandara ini siap beroperasi penuh di akhir tahun ini.
"Kami berharap melalui gerai khusus UMKM di NYIA ini dapat meningkatkan upaya promosi dan pemasaran bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah serta meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kulon Progo maupun Provinsi DIY," ucap Devy dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (9/3).
Sebagai BUMN yang mempunyai tanggung jawab sebagai agen pembangunan, lanjut Devy, upaya yang dilakukan Angkasa Pura I ini merupakan salah satu komitmen untuk turut memajukan perekonomian masyarakat di sekitar bandara. "Inisiatif ini semoga dapat membantu mengenalkan produk UMKM DIY dan Kulon Progo kepada dunia melalui NYIA," ucapnya.
Sementara Dinas Koperasi dan UMKM DIY Srie Nurkyatsiwi menambahkan gerai UMKM ini akan memprioritaskan produk-produk lokal DIY. Untuk pembagian gerai, dua titik dialokasikan untuk UMKM Kulon Progo dan sisanya akan seleksi untuk UMKM DIY dan kabupaten sekitarnya.
“Semua akan dilakukan kurasi produk dan evaluasi sesuai tata kelola yang ditentukan. Khusus UMKM yang bergerak di bidang kuliner, wajib memiliki izin PIRT, sertifikat halal, dan lolos uji BPOM,” lanjutnya.
Ia menambahkan saat ini sudah ada 190 produk unggulan binaan Diskop UMKM DIY yang berpotensi masuk NYIA, yaitu dari kerajinan (batik, kayu, kulit, perak, kontemporer), fashion (hijab, baju, tas, sepatu, sandal), dan kuliner (makanan dan minuman kemasan). Progres pembangunan NYIA untuk tahap operasional terminal internasional telah mencapai 76,5 persen hingga pekan ke-33 pelaksanaan pekerjaan atau 3 Maret 2019.
NYIA merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diamanatkan oleh Pemerintah RI kepada Angkasa Pura I. “NYIA mendesak untuk dibangun mengingat Bandara Adisutjipto yang ada saat ini sudah dalam kondisi lack of capacity. Ditargetkan pembangunan NYIA akan selesai 100 persen untuk pembangunan fase 1 pada Desember 2019 ini,” ucap Devy.
NYIA akan memiliki terminal penumpang seluas 210 ribu meter persegi berkapasitas 14 juta penumpang per tahun, hampir sembilan kali lipat dari kapasitas Bandara Adisutjipto. NYIA nantinya digadang-gadang akan menjadi bandara terbesar ketiga di tanah air.