Rabu 06 Mar 2019 09:15 WIB

Masa Depan Andi Arief di Politik dan Elektabilitas Demokrat

Andi Arief tidak diproses hukum tapi harus menjalani rehabilitasi narkoba.

Andi Arief
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Andi Arief

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bambang Noroyono, Amri Amrullah, Nawir Arsyad Akbar

Setelah dua hari ditahan usai ditangkap polisi terkait kasus penyalahgunaan narkoba, politikus Partai Demokrat, Andi Arief pada Selasa (5/3) malam diperbolehkan pulang. Tidak ditemukannya barang bukti narkoba menjadi salah satu alasan tidak ada proses hukum terhadap Andi Arief, namun aktivis 48 tahun itu harus menjalani rehabilitasi yang dimulai pada Rabu (6/3).

Baca Juga

Karopenmas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menerangkan, proses administrasi pemeriksaan terhadap Andi di Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri sudah rampung. “Iya, malam ini saudara AA dibolehkan untuk pulang,” kata Dedi, Selasa (5/3).

Namun, Dedi menambahkan, kepulangan Andi tersebut, bukan berarti yang bersangkutan dinyatakan bebas. Sebab kata dia, Andi diharuskan menjalankan rehabilitasi yang akan dimulai Rabu (6/3) di Badan Narkotika Nasional (BNN) di Jakarta.

"Besok (6/3) yang bersangkutan AA akan mulai direhabilitasi di BNN,” terang Dedi.

Sebagai pengguna yang diwajibkan menjalani rehabilitasi, proses hukum Andi dalam keterkaitan penyalahgunaan narkoba, pun tak sampai mengantarkannya ke status tersangka. Sejak ditangkap di salah satu hotel di Jakarta Barat (Jakbar) awal pekan lalu, Andi memang sebatas terperiksa. Kepolisian, pun tak meningkatkan status kasus tersebut, ke fase penyidikan.

Akan tetapi, kasus narkoba yang menimpa Andi ini merambat ke politik. Reputasi Andi sebagai salah satu pentolan oposisi pemerintahan saat ini, membuat namanya menjadi perdebatan di antara para pendukung calon pasangan presiden di Pemilu 2019.

photo
Politikus Partai Demokrat Andi Arief di dalam tahanan setelah diamankan oleh petugas Polda Metro Jaya.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, kasus Andi Arief dapat mempengaruhi elektabilitas Partai Demokrat jelang Pemilu 2019. Citra Demokrat, kata Ardian, lebih dirugikan ketimbang Prabowo-Sandi.

"Saya melihat bahwa damage-nya lebih banyak ke partainya, kemudian secara jangka panjang dia lebih ke partai, karena juga masyarakat juga melihat dari sisi historisnya," ujar Ardian Sopa, di Graha Dua Rajawali, Jakarta Timur, Selasa (5/3).

Adapun, elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi, menurut Ardian, tidak akan terlalu terpengaruh, karena Andi tidak diasosiasikan sebagai pendukung dari pasangan calon nomor urut 02 tersebut. Sementara elektabilitas Demokrat bisa semakin turun, karena berdasarkan beberapa survei terakhir, elektabilitas partai tersebut selalu di bawah 10 persen.

"Karena kita tahu sendiri, 2009 dia (Partai Demokrat) jadi pemenang Pemilu dengan 20 persen, kemudian dia terkena kasus korupsi kepada petinggi-petingginya menjadi tinggal 10 persen. Sekarang di survei mungkin sekitar 6-5 persen," ujar Ardian.

Ardian menghimbau kepada Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk menjalankan sejumlah strategi guna meningkatkan elektabilitas partainya. Salah satunya, adalah dengan meyakinkan masyarakat bahwa krisis yang terjadi di partainya dapat segera diatasi.

"Bagaimana meyakinkan publik bahwa krisis ini bukan permasalahan dari partai. Kemudain kedua ada mekanisme ke depan supaya krisis ini tidak terjadi kembali," ujar Ardian.

Menurut AHY, jabatan Andi sebagai salah satu Wakil Sekertaris Jenderal Partai Demokrat, pun akan dievaluasi. AHY mengungkapkan, sudah berkomunikasi dengan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan. Di mana sejak 1 Maret, tugas harian Partai Demokrat sudah dialihkan kepada Hinca.

"Kebijakan dan tindakan Partai lebih lanjut berkaitan dengan masalah Bung Andi Arief sepenuhnya menjadi kewenangan dari Dewan Pimpinan Pusat," kata AHY, lewat keterangan resminya, Selasa.

AHY meyakini kerja-kerja pemenangan Partai Demokrat baik di pemilu presiden (pilpres) atau pemilu legislatif (pileg) tidak terpengaruh dengan kasus narkoba yang menimpa Andi Arief. AHY yang sedang berkunjung ke Provinsi Aceh saat mendapat kabar penangkapan, mengakui cukup menyesalkan kasus yang menimpa Andi Arief.

"Saat menerima berita ini, saya berada dalam perjalanan dari Jakarta menuju Aceh, untuk bertemu dengan masyarakat Kawasan Aceh Barat dan Selatan atau Barsela. Tadi pagi, saya juga baru menjelaskan tentang 14 Prioritas Partai Demokrat untuk Rakyat, kepada ribuan masyarakat dari 8 (Delapan) Kabupaten di Barsela," ungkap AHY.

Menanggapi hal itu AHY menegaskan kejadian yang menimpa Andi Arief bisa terjadi kepada siapa saja, apapun alasan dan jalan ceritanya. Ia yakin semua kader Demokrat tidak terpengaruh pada kasus yang menimpa Andi Arief, dan tetap semangat memenangkan Partai Demokrat.

"Kepada seluruh kader Partai Demokrat, saya menyerukan untuk tetap semangat dan meneruskan perjuangan kita. Semoga ujian demi ujian yang sedang Partai Demokrat hadapi, bisa kita lalui dengan baik dan membuat kita lebih tangguh," imbuhnya.

Sebelum diizinkan pulang setelah ditahan oleh pihak kepolisian, melalui akun Twiiter-nya Andi Arief menggunggah permohonan maaf atas kesalahannya. Menurut kepolisian, kemungkinan Andi meminta bantuan keluarga atau pengacara mengunggah pesannya di Twitter, di sela-sela pemeriksaan.

"Tak ingin berakhir di sini. Kesalahan bisa saja membenamkan, namun upaya menjadi titik awal pencarian jalan hidup dengan kualitas berbeda jika benar-benar tak putus asa. Mohon maaf, saya telah membuat marah dan kecewa. Doakan saya bisa memperbaiki salah menuju benar,” begitu cuitan Andi Arief, Selasa (5/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement