Senin 04 Mar 2019 05:02 WIB

Kafe Gesa, Etalase Kopi Jawa Barat

Tidak hanya menjual minuman, kafe ini juga menyediakan biji kopi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Irfan Fitrat
Suasana kafe Gesa Kopi.
Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Suasana kafe Gesa Kopi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pada 1711, untuk pertama kalinya kopi asal Jawa Barat (Jabar) diekspor ke kawasan Eropa. Kemudian pada 1726, kopi yang dihasilkan perkebunan di wilayah Priangan disebut bisa mendominasi pasar kopi dunia.

Bagi yang ingin melihat sejarah perkopian di Jabar ini bisa datang ke kafe yang berada di area Gedung Sate, Kota Bandung. Kafe ini dinamakan “Gesa Kopi”. Letaknya berdekatan dengan Museum Gedung Sate. Sembari menikmati sajian kopi, di kafe ini pengunjung bisa melihat lini masa perkopian Jabar.

Kafe Gesa didirikan pada 2018. Idenya tak lepas dari agenda “Ngopi Saraosna” yang secara rutin digelar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar di Gedung Sate. Menurut Kepala Bagian Publikasi, Peliputan, dan Dokumentasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Azis Zulficar, banyak petani kopi yang terlibat dalam agenda Ngopi Saraosna. Petani ini lantas diwadahi dalam koperasi yang dinamakan Koperasi Ngopi Saraosna.

Setelah koperasi terbentuk, muncul ide membuat kafe.

Menurut Azis, kala itu banyak tamu yang melakukan kunjungan kerja ke pemprov atau bertemu gubernur menanyakan kopi lokal Jabar. “Selalu bertanya di mana membeli kopi Jabar yang kualitasnya baik. Mereka mencari kopi Puntang yang juara dunia,” ujar Azis kepada Republika, Februari lalu.

Pada 2016, kopi asal Jabar menarik perhatian dunia dalam ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Atlanta, Amerika Serikat. Kopi dari kaki Gunung Puntang menjadi kampiun dalam ajang internasional itu. Kopi lokal Jabar pun makin dikenal luas. Agar mudah untuk mencari kopi asal Jabar ini, maka dibukalah kafe Gesa.

Terlebih, kala itu disebut belum banyak kafe yang menjual secara langsung berbagai biji kopi hasil perkebunan di Jabar. “Nah, akhirnya kami membuka kafe sebagai etalase kopi khas Jabar. Kami menjual dalam bentuk yang masih biji. Banyak tamu yang kunjungan kerja membeli kopi asal Jabar ini sebagai oleh-oleh,” kata Azis.

Selain menjadi tempat berjualan dan menikmati kopi, kafe Gesa juga dirancang untuk memberikan informasi dunia perkopian Jabar. Di dinding kafe diperlihatkan lini masa sejarah kopi, berikut gambar-gambar. Humas Pemprov Jabar pun menyediakan buku yang bisa dibaca pengunjung kafe. Di dalamnya dibahas sejarah kopi, kaitannya dengan tanam paksa, pembangunan jalan pada masa Daendels, dan lainnya. “Kami ingin pengunjung kafe tahu. Tahu kopi Java Preanger enak, mereka juga tahu sejarahnya,” ujar Azis.

photo
Barista tengah meracik kopi di Gesa Kopi.

Hadi, salah satu barista Gesa Kopi, menjelaskan, kopi yang disajikan di kafe ini jenis arabika. Semuanya berasal dari berbagai daerah di Jabar. Seperti kopi Batu Lonceng Lembang, Gunung Halu, Puntang, Palintang, Maribaya, Malabar, dan kopi Cibeber. Harga menu kopi ini bervariasi, mulai dari sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 38 ribu. “Kopi yang paling laku ya kopi Puntang, kan juara 2006 di Atlanta, jadi paling banyak dicari,” ujar dia.

Kopi ini disajikan dengan beragam metode, seperti manual brew atau V60, bergantung kesukaan pengunjung. Hadi mengatakan, kopi yang paling mahal disajikan dengan metode “cold drip”. Harganya Rp 40 ribu. Kopi ini diekstrak dengan air dingin dan prosesnya membutuhkan waktu sampai delapan jam. Menurut dia, kopi yang disajikan menggunakan metode ini menghasilkan rasa asam yang unik. “Rasanya juga unik karena kan diseduhnya pakai air yang dingin,” kata dia.

Hadi mengatakan, Gesa Kopi mengolah langsung kopi dari petani. Selain menjual kopi yang sudah diracik, kafe ini juga menyediakan kopi yang masih dalam bentuk biji. Di kafe ini juga tersedia menu lain, termasuk makanan ringan seperti sosis dan croissant. Kopi tetap menjadi sajian utama. “Kami racik agar menghasilkan rasa yang pas,” ujar Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement