REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan rumah milik warga di RW 04, Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung dibiarkan tidak dihuni. Sebabnya, rumah-rumah yang mayoritas kontrakan tersebut berada dekat dengan Sungai Citarum dan sering menjadi langganan banjir.
"400 rumah mayoritas kontrakan di RW 04 dibiarkan kosong karena langganan banjir. Dijual teu payu, nu ngontrak gak mau (dijual tidak laku, yang ngontrak tidak mau)," ujar Babinsa Desa Dayeuhkolot Serka Emil Sodikin saat ditemui di depan Kantor Desa Dayeuhkolot, Ahad (3/3).
Ia mengungkapkan sejak banjir besar pada 2005 silam kontrakan-kontrakan dan rumah milik warga dibiarkan tidak dihuni. Para pemiliknya sebagian warga Kampung Bojong Asih dan luar daerah. Sementara itu, sebagian warga memilih pindah ke tempat lain.
"Banyak rumah yang akan dijual juga disini. Bahkan ada rumah yang kosong terendam lumpur yang terbawa dari banjir. Jadi ketika jalan terendam lumpur, lumpurnya dibuang ke rumah yang kosong. Kalau udah surut banjir udah kayak pemukiman sepi," katanya.
Salah seorang warga, Yadi, mengungkapkan Bojong Asih dulu terkenal sebagai tempat yang banyak dipenuhi kontrakan. Sebab lokasinya yang berada tidak jauh dari pabrik-pabrik. Namun, sekarang kondisinya berbeda. banyak kontrakan yang kosong dan ditinggalkan.
"Dulu mah di sini terkenal daerah ekonominya yang aktif, sekarang mah nggak lagi," katanya.
Hujan deras yang terjadi, Sabtu (2/3) sore hingga malam di wilayah Kabupaten Bandung menyebabkan tiga kecamatan yaitu Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Bojongsoang terendam banjir. Ketinggian banjir bervariasi dari 10 sentimeter hingga satu meter lebih.
Berdasarkan pantauan, pemukiman di Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang terendam banjir. Kemudian akses jalan Mochamad Toha-Dayeuhkolot di depan pabrik metro terdapat air cileuncang termasuk di depan pasar Dayeuhkolot. Namun masih bisa dilalui kendaraan.
Akses jalan di pertigaan Dayeuhkolot menuju Ciparay pun terendam banjir. Termasuk di jalan Andir-Katapang. Kedua jalur tersebut tidak bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat. Warga yang hendak melintas hanya bisa menggunakan perahu atau delman.