REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden Serentak Tahun 2019 mendatang sudah cukup tinggi. Tercatat tingkat pengetahuan masyarakat terhadap hajat demokrasi lima tahunan tersebut mencapai 94,5 persen.
Dari besaran itu, tercatat 53,9 persen masyarakat sudah memahami dan menentukan pada pilihannya. Utamanya pilihan pada partai politik yang akan dipilihnya. Sementara sisanya, yakni 46,1 persen belum memiliki pilihan partai yang jelas secara terbuka (top of mind).
"Jumlah pemilih tersebut berpotensi menjadi swing voters dalam pemilu 2019 mendatang," terang Direktur Eksekutif Roda Tiga Kunsultan (RTK) M Kahfi Siregar dalam pemaparan hasil survei lembaganya sebagaimana dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/3).
Survei RTK digelar 28 Januari hingga 15 Februari 2019 dengan menggunakan metode stratified systemic random sampling dan margin of error sebesar 2,5 persen. Survei dilakukan terhadap 1610 responden yang diambil secara proporsional di 161 kelurahan di 34 propinsi. Yakni bagi WNI berusia 17 tahun yang telah memiliki hak suara di Pemilu 2019.
Kahfi menjelaskan, hasil survei Roda Tiga Konsultan menunjukkan jika responden diberikan pilihan 16 nama partai secara tertutup, maka PDIP unggul dengan elektabilitas 22,1 persen, Gerindra 13,7 persen, Golkar 11,2 persen, PKB 8 persen dan Demokrat 7,2 persen. Undecided voters masih tersisa sebesar 20,9 persen.
"Jika undecided voters diasumsikan tidak memilih dan suaranya didistribusikan secara proporsional kepada semua partai, maka perolehan suara lima partai terbesar akan mengalami kenaikan yang signifikan. PDIP menjadi 28,0 persen, Gerindra 17,4 persen, Golkar 14,1 persen, PKB 10,1 persen dan Demokrat 9,1 persen," terang Kahfi.
Untuk pertanyaan jika Pemilu dilaksanakan hari ini/sekarang, dimana Roda Tiga Konsultan membagi 3 kategori parpol, tercatat hanya lima partai yang sudah jelas lolos threshhold 4 persen. Kelima partai politik itu adalah PDIP, Gerindra, Golkar, PKB dan Demokrat.
Kemudian partai politik yang di ambang batas, antara lolos dan tidak lolos dalam rentang margin of error ± 2,5 persen, yaitu PPP, PKS, Nasdem dan PAN. Sementara partai yang tidak lolos threshhold adalah Hanura, PBB, PKPI dan juga partai pendatang baru yaitu Garuda, Berkarya, Perindo dan PSI.
Di sisi lain, lanjut Kahfi, pihaknya juga mencatat penurunan trend dari suara PDIP. Bila sebelumnya sebesar 26 persen menjadi 22,1 persen di bulan Agustus 2019. Berbeda dengan PDIP, Golkar dan PKB justru mengalami kenaikan. Golkar tercatat naik dari 9,3 persen menjadi 11,2 persen, PKB dari 6,5 perseb menjadi 8 persen.
"Sementara Gerindra dan Demokrat belum beranjak," imbuhnya.
Dibandingkan perolehan suara 2014, masih kata Kahfi, hanya PDIP dan Gerindra yang mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini menunjukkan efek ekor jas dari Pilpres benar-benar hanya menguntungkan bagi dua partai saja, yaitu PDIP dan Gerindra.
"Partai-partai lain harus berjuang keras untuk menyamai perolehan suara pada Pemilu 2014," pungkasnya