REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga menyatakan naik ojek daring tetap lebih praktis daripada naik Lintas Rel Terpadu (LRT) rute Velodrome-Kelapa Gading. LRT tersebut akan beroperasi pada bulan ini.
Warga bernama RA Barnabbas yang berprofesi sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi mengatakan ari segi kepraktisan memang lebih mudah menggunakan ojek daring. Sebab, tangga LRT cukup tinggi.
Dia berharap LRT dapat melewati kawasan perumahan sehingga warga yang tinggal di perumahan memiliki akses yang mudah untuk bepergian. "Kalau stasiunnya dekat bakal sering naik, tapi karena jauh bakal jarang dan kalau lebih murah ojek daring, ya pakai ini (ojek daring) saja," ujar Fadil seorang mahasiswa.
Karena itu, dia keberatan dengan harga tarif LRT yang kurang lebih sama dengan ojek daring. Dia menilai jika LRT ingin menjadi solusi kemacetan tarif harga harus lebih bersahabat sehingga akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. "Idealnya tarif yang terjangkau sekitar Rp 10.000," ujar dia.
Ia berharap LRT dapat menjadi alat transportasi merakyat baik dalam hal keterjangkauan, kenyamanan, keamanan, maupun waktu tempuh. "Yang jelas harganya harus terjangkau," kata RA Barnabbas.
Warga lainnya, Fadil, berharap LRT mampu menjadi solusi dari kemacetan dan banyak jalan di Jakarta yang mampu dijangkau dengan LRT. Sedangkan Krisdianto karyawan di salah satu kantor yang dekat dengan stasiun mengatakan, pembangunan LRT sendiri mengakibatkan kemacetan di sekitar Velodrome.
"Kawasan Velodrome akhir-akhir ini kerap macet akibat penyelesaian pembangunan proyek LRT," ujar dia. Krisdianto berharap jalanan di sekitar diperluas sehingga tidak ada lagi kemacetan dan akses untuk ke usaha-usaha di sekitar stasiun menjadi mudah.
Perbandingan Pembangunan LRT di Dunia.