REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Perluasan lapangan kerja merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal itu pun diamini oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. Namun, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Garut, Rd Tedi menyebutkan bahwa jumah lapangan pekerjaan di Garut hingga saat ini masih sangat minim.
Hal ini pun otomatis menyumbangkan angka pengangguran di Garut. Ia menilai, selain minim lapangan kerja, pengangguran juga disebabkan oleh minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan industri yang ada.
“Saat ini, di Garut membutuhkan pekerja dengan kemampuan sebagai penjahit atau operator. Karena serapan tenaga kerja banyaknya di sektor garmen. Tentu pekerja yang dibutuhkan yang kaitannya dengan itu,” kata Tedi, Jumat (1/3).
Di satu sisi, lanjutnya, Pemkab pun berupaya memenuhi kebutuhan itu lewat balai latihan kerja. Namun, karena dalam satu program pelatihan kapasitasnya hanya terbatas 64 peserta saja, maka output yang dihasilkan pun belum mampu memenuhi kebutuhan industri garmen.
Ia pun menekankan, meski saat ini sudah ada 711 perusahaan yang terdaftar untuk menyerap tenaga kerja, hal ini ternyata belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja di Garut. “Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, ada sekitar 65 ribu warga yang menganggur. Setiap tahun, jumlah ini pun terus meningkat,” ujarnya.
Jika mengacu pada jumlah pekerja dan lulusan, lanjut dia, peningkatan angka pengangguran mencapai lebih dari 10 persen per tahun. Sementara, masih berdasar data BPS, jumlah tenaga kerja yang telah terserap saat ini berkisar pada angka 40 ribu orang.
Tak heran, setiap terdapat job fair di Garut, maka jobfair pun selalu dibanjiri pelamar. Namun, ia mengaku, setiap job fair yang digelar belum mampu menyerap seluruh pelamar yang ada.
Minimnya serapan itu dinilai disebabkan karena belum sesuainya kualifikasi maupun upah yang diinginkan oleh pelamar maupun perusahaan. “Saat ini, ada lowongan untuk 4.106 pekerja dalam job fair yang digelar bersama 15 perusahaan di Garut. Kebutuhan paling banyak adalah untuk operator dengan kualifikasi SMA atau SMK. Sedangkan formasi untuk lulusan perguruan tinggi sangat terbatas,” ucapnya.