Ahad 24 Feb 2019 04:41 WIB

Eko Patrio Khawatir Masyarakat Hanya Pilih Presiden

Euforia Pilpres membuat Pemilihan Legislatif seakan tenggelam.

Ketua DPD PAN DKI Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ketua DPD PAN DKI Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Euforia pesta demokrasi yang dilakukan secara serentak dinilai lebih terfokus pada Pemilihan Presiden. Sebaliknya, Pemilihan Legislatif seakan tenggelam.

"Masyarakat lebih konsen ke pilpres. Saya takut orang akan pilih presiden saja, lalu DPR RI tidak maksimal hasilnya," kata Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo dalam diskusi bertema "Menjaga Suara Rakyat" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2).

Ia khawatir jika kurangnya sosialisasi kepada masyarakat akan berdampak terhadap kualitas para anggota legislatif terpilih, termasuk potensi kecurangan dan politik uang. Apalagi, saat penghitungan suara terlebih dahulu untuk pilpres.

Mantan pelawak yang tergabung grup Patrio ini mengusulkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendahulukan penghitungan suara terhadap legislatif daripada presiden-wakil presiden. "Problem pelaksanaan hari 'H' hitung suara pilpres lebih dulu ini lebih bahaya. Pada saat sudah penghitungan pilpres mudah-mudahan aman. Kalau rusuh itu masalah lagi, kalau bisa hitung suara udah mulai direnungkan lagi bisa enggak (penghitungan suara) pilpres di akhir saja," ujarnya.

photo
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso (PBS). (Republika)

Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menilai menggelar pemilu secara serentak adalah langkah yang terlalu berani karena terdapat ketimpangan porsi antara pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg). "Pileg tenggelam. Enggak ada guna kita bicara. Seperti tenggelam dalam hiruk pikuk pembicaraan lautan pilpres," ucap Priyo.

Pemilu secara serentak juga berdampak pada kepahaman masyarakat saat memberikan suara mereka di bilik suara. Priyo mengatakan, saat ia bersosialisasi banyak masyarakat mengaku tidak paham perbedaan surat suara yang akan mereka dapatkan.

Caleg DPR RI dari Dapil Jatim I ini menilai KPU terlalu terburu-buru dalam memutuskan pemilu serentak antara pilpres dan pileg. Dia khawatir, hal itu akan berdampak pada rendahnya pemilih pada pileg.

"Yang paling banyak baliho itu pileg, sampai publik itu bingung. Menurut hemat saya pemilu pilpres dan pileg terlalu dini. Pileg ini seolah tenggelam oleh hiruk-pikuk pilpres," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement