REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bencana banjir bandang yang melanda sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah, sepanjang Januari hingga Februari 2019, telah mengakibatkan ribuan hektare sawah maupun tanaman pangan lainnya mengalami puso. Beberapa daerah yang lahan pertaniannya mengalami puso paling parah meliputi wilayah Kabupaten Kebumen, Kudus, Banyumas, Pati, Pekalongan, Batang, serta Kendal.
Banjir bandang dikhawatirkan juga akan menyebabkan produktivitas pertanian di daerah terdampak tersebut menurun, karena tanaman padi yang siap panen rusak akibat terlalu lama terendam genangan banjir.
Terkait dengan hal itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah sudah menyiapkan strategi untuk membantu meminimalkan kerugian para petani, akibat dampak bencana banjir bandang ini.
“Khusus untuk lahan sawah yang mengalami puso, telah disiapkan bantuan benih tanaman padi yang bisa diakses oleh petani yang terdampak,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Semarang, Selasa (12/2).
Gubernur mengakui, banjir bandang yang melanda Jawa Tengah beberapa waktu lalu membuat ribuan hektare lahan pertanian mengalami gagal panen, terutama tanaman padi yang selesai ditanam hingga tanaman yang siap berbulir.
Dapat dipastikan tanaman padi pada periode tersebut tidak akan bisa menghasilkan, karena rusak akibat terdampak genang banjir dan petani tidak akan bisa menikmati hasilnya.
Kendati begitu, para petani di kawasan terdampak banjir tidak perlu khawatir, karena pemprov telah menyiapkan antisipasi. “Secara mekanis dan sistematis, pemprov sudah memiliki kebijakan untuk membantu petani yang terdampak bencana,” jelasnya.
Menurut gubernur, pihaknya telah menyiapkan cadangan benih bantuan pemerintah yang bisa diakses secara gratis oleh para petani. “Jadi silakan yang puso tinggal mengajukan saja, berapa kebutuhan untuk mengganti tanaman yang puso,” ujarnya.
Selain itu, masih jelas Ganjar, tahun ini pemprov sebenarnya juga telah menyiapkan program asuransi bagi petani, yang dapat dimanfaatkan para petani jika mengalami gagal panen akibat bencana alam tersebut.
Pemprov akan membantu petani yang miskin dengan membebaskan premi asuransi tersebut. “Untuk petani mampu, ya membayar sendiri. Biayanya tidak mahal kok, cuma Rp 36 ribu saja per hektare,” katanya.
Orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini juga mengakui, sosialisasi mengenai program asuransi pertanian ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Namun, pemprov akan terus berupaya memberikan pemahaman. Sehingga musibah banjir tersebut bisa menjadi momentum untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi mengenai asuransi petani ini,
Artinya, petani harus diberikan pemahaman dengan contoh betapa pentingnya asuransi untuk mengantisipasi kerugian para petani, pada saat terjadi bencana banjir bandang seperti sekarang ini.
“Bagi sebagian petani, premi Rp 36 ribu per hektare itu mahal, tapi akan terasa lebih mahal kalau terjadi bencana alam yang mengakibatkan tanaman padi mereka tidak bisa dipanen atau tidak menghasilkan,” jelasnya.
Karena petani tidak perlu lagi mengeluarkan uang (modal) untuk menanam kembali sawahnya yang rusak, karena biaya sudah akan ditanggung oleh asuransi petani tersebut.
Sebab dengan membayarkan premi Rp 36 ribu per hektare, petani akan mendapat ganti Rp 6 juta dari cover asuransi petani tersebut. “Lumayan kan, meski sawahnya puso namun tetap mendapatkan hasil dari klaim asuransi tersebut,” tambahnya.
Selain cadangan benih gratis dan asuransi petani, Pemprov Jawa Tengah juga akan terus mengoptimalkan fungsi kartu tani untuk mendata siapa menanam apa, di mana lokasi dan kapan akan memasuki panen.
“Sehingga kalau ada laporan terkait dengan dampak bencana seperti sekarang, setelah dikroscek dan dibuka datanya ternyata benar atau valid, maka bantuan untuk petani akan segera datang dan dapat dipastikan akan tepat sasaran,” jelas gubernur.
Masih terkait dengan dampak genangan banjir, sebelumnya Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus memastikan lebih dari 800 hektare lahan sawah petani terdampak genangan banjir yang terjadi akhir Januari 2019 lalu.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 500-an hektare tanaman padi di antaranya dipastikan mengalami puso atau tidak akan bisa dipanen karena rusak oleh genangan banjir.
“Luasan lahan sawah yang terdampak banjir ini tersebar di lima wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Mejobo, Jekulo, Undaan, Kaliwungu, serta di Kecamatan Jati,” kata Plt Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Arin Nikmah.