Senin 11 Feb 2019 00:01 WIB

Fahri: Garbi Muncul Atas Kegelisahan Kolektif

Fahri enggan menjelaskan terkait kemungkinan Garbi menjadi sebuah partai politik.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (kiri) memberikan sambutan pada kegiatan Orasi dan Dialog Kebangsaan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Kota Gorontalo, Gorontalo, Ahad (10/2/2019).
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (kiri) memberikan sambutan pada kegiatan Orasi dan Dialog Kebangsaan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di Kota Gorontalo, Gorontalo, Ahad (10/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengungkapkan kemunculan "gerakan arah baru Indonesia" (Garbi) di berbagai daerah merupakan bentuk kegelisahan kolektif atas kondisi bangsa Indonesia saat ini. Menurut dia, kegelisahan tersebut dalam hal krisis pemahaman konstitusi, demokrasi, dan reformasi.

"Selain itu, kegelisahan karena para pemimpin tidak memiliki pengetahuan yang cukup arti demokrasi dan transisi," kata Fahri usai menghadiri deklarasi Garbi chapter Gorontalo, di Gorontalo, Ahad (10/2).

Baca Juga

Dia mencontohkan krisis kelembagaan yang terjadi selama ini karena negara kurang mampu mengatasi masalah yang berulang-ulang terjadi. Fahri mencontohkan isu korupsi, narkoba, dan terorisme sudah 20 tahun, Indonesia belum keluar dari isu tersebut, namun hal itu terkait kapasitas negara dalam menyelesaikannya.

"Masalah-masalah tersebut berulang-ulang terjadi dalam 20 tahun kita belum bisa keluar dari isu korupsi, terorisme dan narkoba," ujarnya.

Selain itu, dia menilai krisis kepemimpinan nasional juga menjadi hal yang disoroti. Sebab, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan memadai bagi kebangkitan rakyat.

Menurut dia, Indonesia memiliki pekerjaan rumah dalam mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain khususnya terkait pendapatan perkapita karena saat ini masih rendah. "Kita ingin Indonesia keluar dari transisi, terbang bagai rajawali melanglang buana mencakar bumi sehingga menjadi bangsa besar seperti negara lain yang pendapatan perkapitanya jauh dari kita," katanya.

Selain itu, Fahri enggan menjelaskan terkait kemungkinan Garbi menjadi sebuah partai politik yang ikut kontestasi Pemilu di Indonesia karena perlu mendengar pendapat para anggotanya. Namun, dia menilai harus ada organisasi yang berpikir dan menjadi tempat para intelektual berkumpul seperti Garbi yang digagasnya.

"Yang jelas harus ada organisasi yang berpikir dan mengumpulkan banyak intelektual karena Indonesia hadir karena pemikiran bukan infrastruktur dan jembatan," ucapnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement