Sabtu 09 Feb 2019 21:50 WIB

Soal Video Viral 'Nasakom', Ini Kata Pengacara Ahmad Dhani

PBNU telah merespons video yang beredar viral di Twitter.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Musisi Ahmad Dhani (kiri) bersama kuasa hukumnya Hendarsam Marantoko (kanan) usai menjalani pemeriksaan pada pelimpahan tahap dua (P21) atas kasus ujaran kebencian di Kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Jagakarsa, Jakarta, Senin (12/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Musisi Ahmad Dhani (kiri) bersama kuasa hukumnya Hendarsam Marantoko (kanan) usai menjalani pemeriksaan pada pelimpahan tahap dua (P21) atas kasus ujaran kebencian di Kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Jagakarsa, Jakarta, Senin (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Belakangan beredar viral di media sosial video yang diduga berisi ceramah Ahmad Dhani yang menyebut kemungkinan munculnya ideologi Nasakom baru, yang di dalamnya terdapat Nahdlatul Ulama (NU). Kuasa Hukum Ahmad Dhani, Hendarsam Marantoko, mengatakan, belum mengkonfirmasi kepada Ahmad Dhani tentang video itu.

"Saya belum konfirmasi terhadap Ahmad Dhani tentang video itu karena rutan nya dipindahkan ke Surabaya. Coba kalau di sini saya tinggal datang dan konfirmasi. Paling nanti saya konfirmasi saat sidang selanjutnya," ucapnya, Sabtu (9/2).

Hendarsam merasa tidak ada yang harus dipermasalahkan tentang video tersebut. Sebab, menurutnya, pada masa Soekarno memang ada ajaran Nasakom yang terbagi menjadi tiga ideologi politik besar.

"Saat itu kan nasional oleh PNI, agama oleh NU, dan komunis oleh PKI. Adanya ajaran Nasakom supaya ketiganya saling bersatu dan tidak memecah belah," ujarnya.

Menurutnya, dalam video Ahmad Dhani yang tersebar di media sosial, hanya audionya saja yang terdengar dan perekaman diambil dari jauh, tetapi visualnya tidak terlihat. "Ya suaranya mirip Ahmad Dhani tetapi konten sejarah tidak bisa dihapus toh. Apabila kontra argumentasi monggo. Faktanya ajaran Nasakom pada saat Bung Karno tidak bisa dipungkiri," ucapnya.

Sementara itu, ia menambahkan PDIP dan NU tidak usah merasa resah akan pernyataan dalam video tersebut. Sejarah itu catatan yang sudah terjadi, tidak bisa terlupakan bahkan jangan pernah pura-pura menutup mata seakan tidak pernah terjadi.

Hendarsam berpesan, sejarah merupakan masa lalu yang harus dipelajari untuk masa yang akan datang. Sehingga generasi saat ini bisa mencegah ajaran Nasakom tidak bangkit kembali.

"Intinya paling penting tidak ada black campaign di dalam video itu," ujarnya.

Sebuah video beredar viral di Twitter yang berisi pernyataan diduga Ahmad Dhani. Dalam sebuah ceramah dalam video itu suara Ahmad Dhani terdengar menyebut kemungkinan munculnya Nasakom baru, yang di dalamnya terdapat NU.

"Jadi, harus tahu benar sejarah bahwa NU dahulu mendukung Nasakom. Banyak anak-anak NU meskipun yang sudah di PBNU enggak paham itu bahwa dahulu yang dukung Nasakom bersama PKI dalam komunisnya itu PKI, itu (kelompok agamanya) NU. Nah, sekarang ini mereka sudah bergabung PDIP, NU, juga komunisnya."

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas menyebut Ahmad Dhani ahistoris dan ilusif karena menarasikan seolah-olah NU akan menjadi pendukung Nasakom baru bila Jokowi menang Pilpres 2019.  Menurut Robikin, narasi keliru yang disampaikan musikus yang kini menjadi calon anggota DPR RI dari Gerindra tersebut didasarkan karena NU pada masa Bung Karno berkuasa pernah mendukung Nasakom.

"Perlu dicatat, NU bukan pendukung PKI. Setelah pemberontakan G-30-S/PKI, NU bahkan berada di garda depan menuntut pembubaran PKI," kata Robikin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (8/2).

Robikin menegaskan, bahwa sikap itu didasari paham Islam ahlu sunnah wal jamaah dan visi kebangsaan yang dianut NU tak memberi ruang bagi tafsir PKI terhadap sila pertama Pancasila dan pemberontakan yang dilakukan PKI. Sejarah mencatat, dukungan NU terhadap Nasakom pada era demokrasi terpimpin kala itu selain atas pertimbangan keutuhan NKRI, justru sebagai bandul politik untuk membendung laju komunis yang kala itu pengaruhnya makin meluas.

"NU menempatkan diri menjadi benteng Islam dari kemungkinan ancaman komunis. Apalagi, kala itu NU boleh dibilang sebagai satu-satunya kekuatan politik Islam usia pembubaran Masyumi karena terlibat PRRI/Permesta," kata Robikin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement