REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA - Seorang kepala desa di Provinsi Kalimantan Timur berhasil membuat aplikasi sederhana untuk mempermudah masyarakat melapor, baik mengenai kecurigaan penyelewengan penggunaan dana desa (DD) maupun hal lain yang dianggap tidak sesuai. Suwondo, Kepala Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara menyebutkan, aplikasi berbasis android itu bernama E-Lapor.
"Tujuan diciptakannya aplikasi ini karena ia ingin mempermudah masyarakat yang ingin melaporkan berbagai peristiwa yang perlu segera diketahui oleh aparatur desa," katanya saat dihubungi, Sabtu (9/2)
Berbagai hal yang bisa dilaporkan antara lain, jika ada pembangunan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, kemungkinan adanya penyelewengan penggunaan dana desa oleh oknum tertentu, dan berbagai kejadian di masyarakat yang harus mendapat respon sesegera mungkin.
"Aplikasi ini baru saya buat sehingga belum saya publikasikan di play store, nanti kalau sudah ada di play store dan warga bisa mengunduhnya, langsung saya umumkan ke masyarakat untuk menggunakan E-Lapor," kata Wondo.
Aplikasi ini mudah dipahami oleh masyarakat luas karena begitu mengunduh E-Lapor, langsung ada perintah "instal". Setelah terinstal, di beranda aplikasi akan terbaca "buat laporan".
Setelah diklik kolom "buat laporan", tertera kolom nama, alamat, nomor telepon, dan kolom laporannya sehingga warga bisa menuliskan di kolom tersebut berikut apa saja yang ingin dilaporkan, setelah itu pelapor tinggal klik "kirim" di bawah kolom laporan. Untuk mendukung layanan ini cepat direspon, ia bahkan sudah menyiapkan operator khusus, sehingga jika ada laporan bisa cepat ditindaklanjuti.
"Sudah ada operator desa yang ditempatkan khusus untuk menanganinya, termasuk menangani beberapa akun medsos yang dikelola Pemerintah Desa Bhuna Jaya seperti youtube, facebook, twitter, dan website yang kami kelola," ucap Wondo.
Ia menuturkan bahwa desa yang dihuni 4.004 jiwa dengan 1.350 KK ini memiliki luas 3.905,7 hektare atau 12,75 km2 yang terdiri atas luas daratan 10,5 km2 dan luas perairan 2,25 km2.
Di desa yang terdapat 23 RT dan terbagi menjadi empat dusun ini, lanjut Wondo, mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah pertanian tanaman pangan yang mencapai 74 persen, kemudian perkebunan/kehutanan 2,3 persen, peternakan/perikanan 2,7 persen, industri, perdagangan dan jasa sebesar 21 persen.