Sabtu 09 Feb 2019 09:49 WIB

Sudah 10 Tahun Buperta Cibubur Tercemar Limbah

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah meninjau lokasi pencemaran.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Pramuka Cibubur, Jakarta Timur, tercemar limbah diduga dari sebuah mal dan sejumlah usaha di kawasan Cibubur. Kepala Buperta Cibubur, Supriyadi, mengatakan, pencemaran limbah tersebut sudah berlangsung sekitar 10 tahun sejak mal itu berdiri.

"Masuknya limbah ke arena Buperta jadi rasanya sudah berlangsung lama ya berjalan 10 tahun, sejak ada mal itu," ujar Supriyadi ditemui Republika di kantornya, Buperta Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (8/2).

Ia menjelaskan, pencemaran aliran air sepanjang 10 kilometer yang melintasi kawasan Buperta Cibubur ini menimbulkan bau menyengat. Bau itu semakin menjadi ketika musim kemarau. Saat musim hujan, sebagian kawasan juga tergenang air hingga banjir karena tersumbatnya aliran air oleh limbah tersebut.

Supriyadi juga mengatakan, tanaman yang terendam banjir dekat dengan air yang tercemar limbah itu tak lama mati. Ia menduga, limbah rumah tangga berasal dari mal yang ada di Cibubur dan sejumlah kegiatan usaha yang berada di sekitar Buperta Cibubur.

Sebab, sebelum adanya mal dan ramainya jenis usaha di sekitar Buperta, aliran air itu tak kotor dan tidak menimbulkan bau tak sedap. Sementara itu, ketika adanya pencemaran limbah di dalam air itu tak terlihat kehidupan binatang.

"Karena tersumbat, jadi banjir sempat dua hari di kawasan sini dan kawasan Madu Pramuka itu separuh tergenang. Nah, di situlah lebih sangat bau menyengat itu," kata Supriyadi.

Selain itu, ia memaparkan, Buperta sering digunakan sebagai tempat pendidikan alam untuk anak-anak sekolah. Akibat pencemaran itu, mereka pun terdampak. Supriyadi menerangkan, anak-anak sekolah yang mengikuti kegiatan pendidikan metal kerap berbaur dengan alam hingga masuk ke dalam aliran tersebut.

Namun, mereka tak tahu bahwa aliran air itu merupakan limbah. Dengan begitu, lanjut dia, mereka sering mengeluhkan gatal-gatal usai masuk ke aliran air. "Adik-adik sering main halang rintang di sini. Mereka merayap atau apa sering gatal-gatal menjadi cerita, tetapi karena tidak pernah dipermasalahkan," ujar dia.

Untuk itu, pihaknya ingin menghentikan pencemaran limbah dengan mengundang sejumlah pihak untuk mencari solusi. Supriyadi mengatakan, pada Senin (11/2), Buperta akan melakukan pertemuan dengan pihak mal, pemerintah setempat, kepolisian, dan TNI untuk menyelesaikan hal tersebut secara kekeluargaan.

Supriyadi mengatakan, dari pimpinannya ingin menutup aliran air. Akan tetapi, sebelum itu dilakukan, pihaknya ingin melakukan diskusi untuk mencari solusi lain. Sebab, apabila Buperta melakukan penutupan aliran air, akan terjadi permasalahan lain, seperti genangan air atau banjir di tempat lain.

Supriyadi menjelaskan, selain penutupan aliran air, solusi lainnya yang bisa dilakukan pihak mal adalah membangun bak kontrol. Bak kontrol itu sebagai upaya mengolah air limbah agar ketika dibuang sudah dalam kondisi air bersih. Menurut dia, pertemuan tersebut dilakukan untuk mencari solusi demi menjaga lingkungan.

"Maka dari itu, kami coba memanggil untuk peduli karena ini kan area 215 hektare ini adalah arena pendidikan," tutur Supriyadi.

Ia mengatakan, Buperta Cibubur akan menggarap lahan yang teraliri air limbah untuk arena pendidikan. Supriyadi menjelaskan, nantinya akan dibuat sungai buatan, tetapi dengan air mengalir yang bersih. Dengan begitu, bisa digunakan untuk kegiatan anak-anak sekolah ataupun kegiatan pramuka.

"Ini akan dibuat sungai biar nanti bisa dipakai buat kayak. Tetapi kan airnya harus bersih, bukan air kotor ini," kata dia.

Selain itu, Buperta Cibubur juga tengah mempersiapkan Jambore Nasional Pramuka 2021 mendatang. Sebagai Bumi Perkemahan, lanjut Supriyadi, harus menjadi tempat yang bebas dari pencemaran, apalagi limbah yang dapat merusak lingkungan dan membuat tak nyaman pengunjung.

"Bumi perkemahan itu kan enggak cuma hijau, tetapi juga enggak boleh ada pencemaran, membakar sampah, untuk arena pendidikan kan. Di mana lagi ada hutan di tengah kota," kata Supriyadi.

Berdasarkan pantauan Republika di Buperta Cibubur pada Jumat (8/2), kondisi aliran air tersebut seperti air got pada umumnya. Warnanya hitam dan tercium bau tak sedap. Aliran air limbah itu melintasi sejumlah titik di Buperta Cibubur.

Sementara itu, staf Seksi Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Dinas Lingkungan Hidup (Dinas LH) DKI Jakarta telah meninjau lokasi Buperta Cibubur pada Jumat (8/2). Hal itu sebagai tindak lanjut laporan yang dilayangkan kepada Dinas LH DKI dari Buperta mengenai dugaan pencemaran limbah.

"Buperta mengeluhkan adanya aliran air diduga dari kegiatan mal," ujar Kepala Seksi Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Dinas LH DKI, Rusliyanto, kepada Republika, Jumat.

Rusliyanto mengatakan, Dinas LH DKI akan melakukan inventarisasi dan verifikasi terhadap kegiatan dan atau usaha yang diduga membuang air limbahnya ke Buperta Cibubur. Menurut dia, Buperta Cibubur berencana ingin menutup aliran air tersebut terkait dengan rencana kegiatan Proiklim Dunia 2020 dan Jambore Nasional 2020.

Ia menyebut, pihak Buperta Cibubur pun mengundang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk hadir dalam pertemuan pada Senin (11/2) mendatang. Di antaranya Dinas LH DKI dan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.

"Untuk rapat membahas rencana penutupan saluran air limbah yang masuk ke dalam kawasan Buperta. SKPD yang akan diundang, antara lain, Dinas SDA dan Dinas LH. Mereka mohon bantuan pendukung berupa alat berat. Saya akan hadir," kata Rusliyanto menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement