REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menanggapi beredarnya tabloid Indonesia Barokah. Dia mengimbau seluruh pihak masjid untuk berhati-hati memberikan informasi kepada jamaah.
"Saya belum baca, jadi tidak bisa banyak komentar. Tetapi apa pun itu namanya, kalau memprovokasi, membuat orang berpendapat apalagi berkonflik satu sama lain itu sangat saya sayangkan," katanya di Jakarta, Sabtu (26/1).
Namun, ia mengimbau tidak boleh main hakim sendiri menindak mereka. Serahkan pada aparat hukum, sesuaikan dengan aturan yang berlaku.
"Jangan terlalu cepat memvonis, tetapi jangan juga terlalu cepat membenarkan, ujar dia," kata Nasaruddin.
Agama, menurut dia, esensinya mempertemukan, bukan membeda-bedakan. "Kita sangat menyesalkan, kita setengah mati membangun bangsa tapi ada yang begitu gampang merusak persatuan," ujar Nasarudddin.
Sebelumnya diberitakan, Indonesia Barokah ini sudah menyebar ke sejumlah masjid di Pulau Jawa hingga Lampung, termasuk di Surabaya, Jawa Timur, salah satunya di Masjid Al Muhajirin. Wakil Ketua Pengurus Yayasan Masjid Al Muhajirin Suhadak sempat menunjukkan tabloid yang sedang menjadi perbincangan tersebut pada Jumat (25/1).
Dirinya menerima paket berisi tiga eksemplar Indonesia Barokah itu pada Rabu (23/1), dan langsung melaporkannya kepada Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) setempat. Ribuan eksemplar Indonesia Barokah juga ditemukan berada di sejumlah masjid di daerah, antara lain di Solo, Yogyakarta, Purwokerto dan Karawang.
Tabloid tersebut memuat artikel yang diduga meyudutkan pasangan capres dan cawapres Prabowo-Sandiaga dan digunakan sebagai alat kampanye hitam untuk menyerang pasangan tersebut.