REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian melakukan pemantauan terkait kepulangan Abu Bakar Ba'asyir. Setiap Kepolisian Daerah (Polda) selama ini terus melakukan pematauan terhadap sel-sel tidur terorisme.
"Pada prinsipnya, dari kepolisian akan melakukan monitoring. Kalau ABB kembali ke Solo, ya nanti tugasnya Polresta Solo sama Polda Jateng yang akan melaksanakan monitoring," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (21/1).
Dedi menambahkan, kepolisian juga sudah memetakan, memprofil, serta memantau sel-sel tidur terorisme di setiap Polda. Pemetaan, pemprofilan, dan pemantauan tersebut dilakukan oleh Satgas Antiteror dan Radikalisme yang ada di masing-masing Polda.
"Tim itu terus bergerak. Apalagi sudah ada UU No. 5 tahun 2018. Jadi kerja satgas itu yang ada di Polda jauh lebih efektif sekarang ini," ungkapnya.
Menurutnya, kepolisian juga melakukan pemantauan terhadap para eks narapidana terorisme. Dalam pemantauan eks narapidana terorisme ini, kepolisian bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang memiliki program deradikalisasi.
"Polri terus melakukan monitoring. Setiap pergerakan-pergerakan sekecil apapun yang mencurigakan, dari satgas itu akan melakukan mitigasi secara maksimal agar tak terjadi aksi," jelasnya.
Narapidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir (tengah).
Di samping itu, putra ketiga Abu Bakar Ba'asyir, Abdul Rohim Ba'asyir, mengatakan, pembebasan ayahnya dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, tinggal menunggu proses administrasi.
“Karena katanya akan ada pergantian kalapas (kepala lapas), jadi masih menunggu dulu,” kata Rohim saat dihubungi Republika.co.id, Senin (21/1) pagi.
Rohim berharap, proses administrasi tersebut cepat selesai agar pembebasan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir dapat terlaksana. Dia menyebut, proses administrasi mulai akan diurus hari ini dan akan diupayakan selesai pada hari ini juga.