Sabtu 19 Jan 2019 06:47 WIB

Agar Debat Capres Mampu Buat Efek Kejut

KPU baru akan mengevaluasi debat pertama pada Senin (21/1) mendatang

Capres Nomor urut 01 Joko Widodo bersalaman dengan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto usai debat pertama pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilu 2019 di Jakarta, Kamis (17/1).
Foto: Republika/Prayogi
Capres Nomor urut 01 Joko Widodo bersalaman dengan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto usai debat pertama pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilu 2019 di Jakarta, Kamis (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Satrio Nugroho, Dessy Suciati Saputri

JAKARTA -- Pelaksanaan debat perdana Pemilihan Presiden 2019 menuai kritik sejumlah pihak. Merespons kritikan tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) siap mengevaluasi format debat kemarin dan mencari format yang lebih tepat.

Ketua KPU Arief Budiman mengakui mendapatkan berbagai masukan positif dan negatif terkait penyelenggaraan debat perdana. "Ada catatan itu biasa karena pasti tidak mampu memuaskan semuanya. Karena, ada yang merasa ini sudah cukup, ada yang mengatakan ini luar biasa, ada yang mengatakan ini kurang baik dari sisi penyelenggaraan maupun dari sisi kandidat," kata Arief Budiman di Jakarta, Jumat (18/1).

Berbagai masukan yang diterima KPU, di antaranya seputar kisi-kisi debat yang dibocorkan pada masing-masing pasangan calon (paslon). Selain itu, ada juga kritik soal performa paslon dalam debat tersebut, alur debat, hingga berbagai hal terkait teknis debat, seperti waktu dan kapasitas tempat bagi simpatisan.

Debat pertama Pilpres 2019 diselenggarakan pada Kamis (18/1) malam di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan. Debat tersebut membicarakan soal hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. KPU masih akan menyelenggarakan empat debat lainnya menuju hari pemilihan umum.

Pasangan capres dan cawapres nomor urut satu, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin, serta pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, saling memaparkan visi-misi dalam acara tersebut. Jalannya debat tampak kaku seturut jawaban-jawaban masing-masing calon yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Hanya pada akhir debat sempat terjadi saling serang antarpaslon.

Menurut Arief, terkait banyaknya simpatisan ini bergantung pada kapasitas ruangan. Kemudian, terkait aspek durasi debat, Ketua KPU menyatakan, pihaknya menerima masukan itu sebagai bahan evaluasi. "Para ahli itu tahu berbicara satu menit itu cukup atau tidak, tiga menit, dan seterusnya," kata dia.

KPU baru akan mengevaluasi debat pertama pada Senin (21/1) mendatang. Masukan yang masuk pun dijadikan bahan pertimbangan dalam evaluasi penyelenggaraan untuk debat-debat berikutnya.

Ketua KPU menyatakan, dari hasil evaluasi tersebut, bila dirasa perlu pihaknya bisa saja melakukan pengubahan format debat calon presiden dalam debat-debat selanjutnya. "Pokoknya KPU ingin menyelenggarakan debat yang tujuan utamanya tercapai," Arief menegaskan.

Arief menjelaskan, tujuan diselenggarakannya debat capres adalah agar pemilih mengetahui visi dan misi pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dengan demikian, kata dia, teknis debat termasuk metode dan variasi penyelenggaraan bisa dimodifikasi asalkan tujuan utama debat itu tetap tersampaikan pada publik.

Kurang gereget

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap tidak banyak kisi-kisi yang diberikan KPU kepada kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden. "Jangan apa itu terlalu banyak bocoran soal. Bolehlah arahnya apa, tapi jangan terlalu, supaya lebih memberikan //impact leadership//-nya," ujar JK seusai //nonton bareng// debat capres di rumah dinasnya di Menteng, Jakarta, Kamis (17/1) malam.

Menurut Jusuf Kalla, pemimpin harus dapat mengambil sikap pada waktu yang tepat. Hal itu semestinya bisa tergambar melalui debat capres.

Kendati demikian, JK menilai jalannya debat secara keseluruhan berlangsung dengan baik. Bahkan, menurutnya, debat yang ditampilkan kedua paslon di luar ekspektasi, meskipun kisi-kisi soal debat capres diberikan sejak awal.

Wakil Ketua Dewan Penasihat BPN Prabowo-Sandi, Hidayat Nur Wahid, juga berharap KPU mengevaluasi mekanisme debat calon presiden berikutnya. "Saya berharap debat berikutnya KPU mengoreksi dan tidak lagi melaksanakan debat dengan cara seperti tadi malam," kata Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (18/1).

Menurut Hidayat, kedua pasangan calon tidak memenuhi harapan publik untuk mengeksplorasi jawaban terkait tema debat, yakni hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme. Jawaban dan pernyataan paslon dinilai terpaku dalam kisi-kisi yang diberikan KPU kepada tim sukses. "Debat 2014 masih lebih gereget ketimbang debat tadi malam," ujar Hidayat.

Koordinator Debat TKN Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding, menanggapi positif perhelatan debat perdana. Abdul Kadir Karding mengatakan, tim sukses ingin agar ke depannya forum debat ini menjadi edukasi terpenting bagi rekam jejak dan edukasi visi-misi paslon.

"Itu yang kita harapkan pada debat-debat berikutnya yang akan berlangsung," kata Abdul Kadir Karding di Jakarta, Jumat (18/1).

Ia berharap agar ke depan seluruh jawaban-jawaban capres menyuguhkan data-data yang benar dan tidak seperti lomba pidato.

(fauziah mursid/rizkyan adiyudha ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement