Senin 14 Jan 2019 14:31 WIB

Kotak Hitam CVR Lion Air JT-610 Ditemukan di Dasar Laut

CVR terbenam di dalam lumpur sehingga menyulitkan pencarian.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolanda
CVR (Cockpit Voice Recorder) Lion Air JT.610  pada Pkl 09.10 yang berhasil ditemukan Tim Penyelam (Kopaska & Dislambair) Koarmada I , pada kedalaman 8 meter dibawah dasar laut (kedalaman laut 30 meter).
Foto: Dok Istimewa
CVR (Cockpit Voice Recorder) Lion Air JT.610 pada Pkl 09.10 yang berhasil ditemukan Tim Penyelam (Kopaska & Dislambair) Koarmada I , pada kedalaman 8 meter dibawah dasar laut (kedalaman laut 30 meter).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kotak hitam cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). CVR ditemukan delapan meter di bawah dasar laut, di dalam lumpur.

"Kita bawa (CVR) ke JICT (Tanjung Priok, Jakarta Utara) selanjutnya kita akan serahkan ke KNKT," ujar Panglima Koarmada I, Laksamana Muda TNI Yudo Margono, Senin (14/1).

Berdasarkan informasi yang ia terima, CVR tersebut ditemukan delapan meter di bawah dasar laut. Kedalaman laut di lokasi penemuan CVR pesawat yang jatuh pada Oktober 2018 lalu itu sedalam 30 meter. Menurut Yudo, saat ditemukan CVR terbenam di dalam lumpur.

"CVR (ditemukan) delapan meter di bawah lumpur, sehingga agak kesulitan. Akan tetapi berkat kegigihan kita, CVR itu dapat ditemukan," jelas dia.

Sebelumnya, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) berhasil menemukan CVR Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang beberapa waktu lalu. Penyelam yang berhasil menemukan CVR tersebut adalah Serda Ttg Satria Margono.

"KRI Spica-934 menemukan CVR pada posisi koordinat 05 48 46,503 S - 107 07 36,728 T. di perairan Tanjung Kerawang Jabar dalam rangka kegiatan pencarian CVR dan human remains pesawat Lion Air JT 610," ujar Kapushidrosal, Laksda TNI Harjo Susmoro, saat dikonfirmasi, Senin.

photo
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melihat serpihan ekor pesawat AirAsia QZ8501 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Selasa (13/1). Jonan ke Pangkalan Bun untuk melihat pengangkatan CVR (Cockpit Voice Recorder).

Ia menjelaskan, setelah diketahui posisi tersebut, tim penyelam dari Dislambair Koarmada I sebanyak 18 orang lengkap dengan peralatan scuba dan tiga orang dari Kopaska melaksanakan penyelaman dilokasi itu. Kemudian, pada pukul 08.40 WIB, penyelam atas nama Serda Ttg Satria Margono berhasil menemukan CVR tersebut.

Pushidrosal mengerahkan KRI Spica-934 yang diberangkatkan dari Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (8/1). Keberangkatan kapal survei Hidro-Oseanografi dibawah pembinaan Pushidrosal tersebut dilepas Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro, dan Ketua KNKT Soerjanto serta para pejabat utama kedua lembaga.

Keberangkatan KRI Spica-934 yang memiliki peralatan bawah air dengan teknologi canggih ini untuk terus mencari keberadaan CVR yang sampai saat ini belum diketemukan dengan membawa alat yang lengkap seperti Multibeam Echosounder (MBES), Sub Bottom Profiling (SBP), Magnetometer, Side Scan Sonar, ADCP serta peralatan HIPAP yang mampu mendeteksi sinyal dari black box dari Lion Air JT 610.

"Selain peralatan tersebut KRI Spica-934 juga membawa ABK sebanyak 55 orang, personel KNKT sembilan orang, penyelam TNI AL 18 orang, serta Scientist enam orang," jelas Harjo.

Dengan segala kekuatan yang ada, KRI Spica yang dikomandani Lekol Laut (P) Hengky Iriawan itu mempunyai waktu mencari CVR Lion Air nomor penerbangan JT-610 tersebut selama 15 hari. Mengingat, sinyal yang dipancarkan CVR selama 90 hari dan ketika itu waktu yang tersisa lebih kurang 15 hari lagi, sejak pesawat Lion Air jatuh di perairan Karawang 29 Oktober 2018 lalu.

"Pencarian selebar 5x5 meter di titik diperkirakan keberadaan CVR, yang jaraknya 50 meter di lokasi ditemukannya Flight Data Recorder (FDR). Tepat enam hari CVR tersebut berhasil diketemukan KRI Spica," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement