Sabtu 12 Jan 2019 20:30 WIB

Banten Bayar Lunas 16 Rumah Sakit yang Rawat Korban Tsunami

Sebagian besar korban yang dirawat telah kembali ke rumah masing-masing.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolanda
Korban Luka-luka akibat terkena dampak bencana Tsunami berada IGD RSUD Berkah,Pandeglang, Banten (24/12).
Foto: Republika/Prayogi
Korban Luka-luka akibat terkena dampak bencana Tsunami berada IGD RSUD Berkah,Pandeglang, Banten (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 16 rumah sakit negeri maupun swasta yang menampung dan merawat ratusan korban tsunami Selat Sunda. Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah membayar lunas seluruh biaya rumah sakit yang menangani korban.  

“Pemprov Banten telah menyelesaikan pembayaran secara penuh dibeberapa rumah untuk para korban yang telah ditangani dihampir 16 rumah sakit swasta dan negeri,” kata Gubernur Banten, Wahidin Halim dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Sabtu (12/1).

Wahidin menerangkan, tanggap bencana tsunami telah ditutup pada 9 Januari 2019 lalu. Namun Wahidin tetap memimpin rapat seluruh OPD dan melakukan cek langsung untuk memastikan seluruh korban bencana tsunami telah mendapat perawatan maksimal.

“Sebagian besar para korban yang dirawat telah kembali ke rumahnya masing-masing,” kata dia.

photo
Presiden Joko Widodo (kanan) menjenguk korban tsunami Selat Sunda di RSUD Bob Bazar, Lampung Selatan, Lampung, Rabu (2/1/2019).

Namun lanjut dia, jika masih ada yang dirawat dan memerlukan penanganan setelah masa tanggap darurat dicabut bisa diteruskan di RSUD Banten. Mereka pun tetap mendapatkan perawatan gratis di RSUD Banten.

“Data terakhir yang diterima, para korban sudah tertangani dengan telah kembali ke rumah sebanyak 463 orang,” kata dia.

Pemrov, terangnya, setelah tanggap bencana akan melakukan perbaikan rumah penduduk yang terkena bencana Tsunami baik yang rusak total maupun yang rusak berat. Ada sebanyak 717 unit yang akan dibangun kembali dan pembangunannya akan menggunakan dana APBD Pemprov serta dana rekontruksi dari kementerian PUPR.

"Kalau Untuk hunian sementara (Huntara) yang tersebar di berbagai wilayah sudah dan sedang dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten," tambahnya.

Ia juga menjelaskan, bantuan kebutuhan bagi korban tsunami tetap akan disalurkan dan seluruh Posko bantuan telah ditutup bersamaan akhir masa darurat bencana. 

"Bantuan yang bersumber dari dana urunan atau donasi dan paket dari masyarakat diakhir masa tanggap 10 Januari 2019 telah ditutup dan akan dilaporkan setelah hasil audit bantuannya selesai dan akan diumumkan kepada publik secara terbuka,” jelasnya.

photo
Petugas membersihkan puing-puing rumah dan sampah pasca terjangan tsunami Selat Sunda di Kampung Teluk Nelayan I, Labuan, Pandeglang, Banten, Rabu (9/1/2019).

Serta, tambahnya, tsunami Selat Sunda juga sudah memporak-porandakan berbagai bangunan-bangunan fasilitas umum dan sosial hal ini juga tidak luput dari perhatian Gubernur Banten. Serta yang tidak kalah prioritas pun seperti sarana pendidikan baik bangunan SD, SMP maupun SMA juga akan dibangun dan diperbaiki.

Pemprov akan memberikan bantuan untuk membangun atau memperbaiki bangunan sekolah SD atau SMP yang rusak. Terutama untuk bantuan seragam dan fasilitas penunjang pendidikan lainnya karena dari data yang ada hampir sekitar 8000 anak SD dan 450 siswa SMP, yang membutuhkan seragam dan perlengakapan Sekolah.

“Yang siswa SMP laki-laki dibuatkan celana panjang, perempuan roknya panjang juga," ujar dia.

Sebagaimana diketahui, pada 22 Desember 2018 lalu, Pesisir Barat Provinsi Banten diterjang bencana Tsunami Selat Sunda. Akibat bencana tersebut, data terakhir menyebutkan sebanyak 317 orang meninggal dunia, 757 orang luka-luka, 3 orang hilang.  Sementara itu, kerugian material mencapai 1.580 rumah rusak, 37 hotel dan villa rusak, 108 unit mobil rusak, 91 unit motor rusak dan 154 unit perahu rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement