Jumat 11 Jan 2019 08:27 WIB

Mampukah Polisi Ungkap Teror Terhadap Pimpinan KPK?

Kepolisian diminta tidak lagi gagal mengusut teror kepada KPK

Pelemparan Molotov Rumah Laode. Rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif pascapelemparan bom molotov di Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pelemparan Molotov Rumah Laode. Rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif pascapelemparan bom molotov di Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Satrio Nugroho, Dian Erika Nugraheny, Dessy Suciati Saputri

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengejar dan mencari pelaku teror terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Teror tersebut menimpa Ketua KPK Agus Raharjo dan Wakil Ketua KPK Laode Syarif pada Rabu (9/1).

Baca Juga

"Saya rasa tidak ada toleransi untuk itu. Kejar dan cari pelakunya," kata Jokowi.

Jokowi pun meminta agar polisi segera menindak dan menyelesaikan kasus ini dengan tuntas sehingga jelas maksud dan tujuan para pelaku. Pasalnya, kasus ini terkait intimidasi kepada aparat penegak hukum. "Saya perintahkan langsung ke Kapolri untuk menindak dan menyelesaikan ini dengan tuntas," ujar Jokowi.

Jokowi yakin upaya pemberantasan korupsi tak akan melemah. Ia juga mengaku telah memerintahkan agar pengamanan para komisioner dan penyidik KPK ditingkatkan. "Kan sudah diperintahkan, semuanya dijaga dari sisi keamanan, terutama penyidik dan seluruh komisioner KPK," katanya.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid juga meminta aparat kepolisian tidak lagi gagal mengusut teror kepada KPK seperti kegagalan mengungkap kasus penganiayaan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Menurut Hidayat, teror bom ke pimpinan KPK ini menjadi pekerjaan rumah tambahan kepolisian.

"Aneh kalau polisi mampu mengusut penjahat dan teroris di seluruh Indonesia, tapi masa peneror Novel Baswedan di Jakarta tidak selesai," kata Hidayat.

Pada Rabu (9/1) pukul 05.30 WIB ditemukan botol berisi spiritus dan sumbu api di rumah kediaman Laode Syarif. Saksi mengaku mendengar ada suara pecahan barang sekitar pukul 01.00 WIB, tetapi saksi tidak keluar rumah. Dari rekaman CCTV terlihat ada orang mencurigakan yang melakukan aktivitas di depan rumah Laode pada Rabu dini hari itu. Kemudian, di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo ditemukan tas berisi barang yang diduga bom rakitan.

Selain itu, ada sejumlah teror yang dialami pimpinan dan penyidik KPK yang hingga kini tidak terungkap. Paling terkenal adalah teror kepada Novel Baswedan pada 11 April 2017 lalu. Akibat teror tersebut, mata Novel mengalami kerusakan hingga saat ini karena disiram air keras.

Sebelum Novel, penyidik KPK Afif Julian Miftah juga pernah merasakan teror pada 2015. Di rumahnya diletakkan kotak mirip bom yang isinya lilitan dan dibungkus lakban, kemudian ban serta mobil Afif digemboskan dan disiram air keras hingga membuat bodi mobil itu rusak.

Pada tahun yang sama, wakil ketua KPK saat itu, Bambang Widjojanto, pernah mengungkapkan ada beberapa penyidik dan pegawai KPK yang mengalami teror. Bahkan, teror juga menyerang anggota keluarga mereka.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly menyebut teror itu sangat tidak dibenarkan di sebuah negara hukum. Karena itu, kata dia, Polri harus mengusutnya hingga tuntas. "Polisi harus langsung melacak siapa pelaku-pelaku teror tersebut," kata Yasonna.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, polisi sudah memeriksa 12 saksi terkait molotov di rumah Laode. Namun, para saksi tidak ada yang melihat langsung teror tersebut secara spesifik.

"Hanya melihat sedikit percikan api, kemudian suara seperti botol dilempar pecah," kata Dedi. Selain itu, ada empat closed-circuit television (CCTV) di sekitar kediaman Laode yang sudah diperiksa.

Sementara itu, polisi memastikan benda mencurigakan di kediaman Agus Raharjo di Perum Graha Indah Blok A9/15 RT 004/014 Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi, merupakan bom palsu atau fake bomb. Namun, polisi tetap melakukan pengejaran terhadap pelaku.

"Tim akan mengurut CCTV yang ada menuju kediaman Pak Agus. Ketahuan nanti siapa orang yang masuk situ," kata dia.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal mengatakan, Polri menduga teror terhadap Agus dan Laode hanya untuk menakut-nakuti. Namun, kata dia, polisi bakal serius dalam menangani kasus itu.

Saat ini Polri masih menganalisis bom molotov di rumah Laode M Syarif. "Sedang kita selidiki. Memang ada dua botol di rumah Pak Laode. Satu tidak pecah, tidak meledak, yang satu meledak, sementara diduga itu molotov tapi kita sedang analisis," kata Iqbal.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, dirinya siap jika diperiksa terkait kasus tersebut. Menurut dia, KPK tidak gentar dengan adanya teror bom ini.

"Saya siap. Tadi malam sudah disampaikan ke saya kapan ada waktu dimintai keterangan. Tadinya saya minta maunya tadi malam sekalian. Tapi rekan-rekan minta istirahat," kata Agus.

Agus menegaskan, teror itu tidak akan memengaruhi kinerja KPK. KPK meminta masyarakat tidak berhenti mendukung mereka. "Jangan buat kami takut. Terus melangkah berjuang. Dukungan dari masyarakat sangat kami butuhkan," katanya menambahkan.

Dilengkapi senjata

Agus mengatakan, pihaknya sedang mempelajari kemungkinan memberikan senjata tertentu kepada petugas KPK. Hal ini sebagai tindak lanjut atas berbagai teror yang menimpa petinggi KPK akhir-akhir ini.

Menurut Agus, sejumlah langkah perbaikan keamanan KPK sudah mengalami peningkatan. Kemudian, dalam proses penyelidikan dan penyidikan pun, standar keamanan juga harus ditingkatkan.

"Waktu kasus Saudara Novel Baswedan itu, kami langsung ada langkah-langkah pengamanan. Kami sedang mengevaluasi misalkan nanti ada petugas KPK akan dilengkapi dengan senjata tertentu. Nanti akan kami bicarakan dalam hari-hari ini," ujar Agus.

(amri amrullah/rizkyan adiyudha/mabruroh ed: ilham tirta)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement