REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta membantah sosialiasi pencegahan rabies melalui penanganan Hewan Penular Rabies (HPR) ditujukan untuk mengurangi jumlah populasi kucing dan anjing. Dia menyebut sosialiasi itu untuk menekan penularan penyakit.
“Enggak, kalau itu tidak. Yang penting adalah tidak ada penyakit menular, tidak ada masalah kesehatan, dan biarkan populasi itu tumbuh secara natural,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (9/1).
Dia menjelaskan, sosialisasi itu juga ditujukan untuk menjaga kebersihan di sekitar pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta. Sebab, pihaknya juga banyak menerima keluhan dari warga mengenai adanya banyak hewan liar yang tak terawat di lingkungannya.
Warga, kata dia, meminta agar ada yang mengambil hewan-hewan itu. “Dari warga juga ada keluhan itu, karena itu bukan hanya semata-mata pemerintah, tapi dari warga juga,” jelas Anies.
Dia juga menemukan keluhan dan permintaan dari warga yang ada media sosial. Menurutnya, media sosial banyak warga yang meminta hewan-hewan diambil dari lingkungannya.
“Ini juga makhluk yang punya perasaan yang juga membutuhkan kasih sayang. Karena itu, dekati juga dengan pendekatan dengan perasaan dan kasih sayangnya. Kan ini sama-sama makhluk,” jelas Anies.
Anies juga mengatakan warga juga bisa membantu negara untuk merawat kucing dan anjing yang berada di jalanan. Oleh sebab itu, pihaknya menghentikan razia kucing dan anjing dan lebih memilih untuk mengajak komunitas untuk merawat kucing dan anjing.
“Binatang ini memiliki banyak sekali komunitas pecinta yang siap merawat siap untuk terlibat. Karena itu ajak mereka untuk terlibat, tidak mungkin dalam urusan seperti ini pemerintah bekerja sendirian. Justru malah tidak efektif, dan warga itu bisa membantu di dalam merawat binatang apalagi kucing,” kata Anies.