Rabu 09 Jan 2019 19:35 WIB

Jalur Rusak Parah, Rinjani 100 K Terancam Batal

Jalur pendakian tidak aman dilalui karena ada retakan tanah dan longsor.

Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi tiba di Pos Bawaknao, Sembalun, Lombok Timur, NTB.
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi tiba di Pos Bawaknao, Sembalun, Lombok Timur, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Lomba lari Rinjani 100 Kilometer diperkirakan tidak bisa digelar pada 2019 karena kondisi jalur pendakian kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani rusak parah akibat gempa bumi.

"Untuk pelaksanaan pada Juni 2019 kemungkinan sulit, tetapi kami akan tetap melakukan survei pada Maret 2019. Tapi pada intinya sulit karena kondisi alam dan kerusakan cukup parah di dalam kawasan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Sudiyono, di Mataram, Rabu (9/1).

Ia mengatakan kondisi kerusakan di dalam kawasan taman nasional sudah dibahas dengan pihak-pihak terkait dalam rapat koordinasi membahas penyelenggaraan Rinjani 100 K, di kantor BTNGR, Selasa (8/1). Rapat tersebut diikuti Ketua Indonesia Sport Tourism Andi Hadiyanto, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Dinas Pemuda dan Olahraga NTB, Dinas Pariwisata NTB, Korem 162 Wira Bhakti, dan Kantor SAR Mataram.

Hadir juga perwakilan Geopark Rinjani, Forum Citra Rinjani Senaru, Forum Porter Sembalun, mahasiswa pecinta alam, dan panitia Rinjani 100 K. Di dalam rapat tersebut, menurut Sudiyono, semua pihak memahami kondisi jalur pendakian yang masih rusak berat dan belum tersentuh perbaikan. Apalagi, masih sering terjadi gempa susulan yang berpotensi menyebabkan longsoran di dalam kawasan.

Oleh sebab itu, semua sepakat melakukan survei kondisi jalur pendakian yang rencananya akan dilakukan pada Maret 2019. "Kami akan menggelar pertemuan lagi membahas rencana survei kondisi jalur pendakian dan fasilitas pendukung yang rusak berat tersebut," ucapnya.

Menurut Sudiyono, upaya perbaikan jalur pendakian serta sarana dan prasarana di dalam kawasan belum bisa dilakukan. Harus dilakukan survei terlebih dahulu untuk menentukan apa yang harus diperbaiki dan berapa kebutuhan anggaran.

Dari hasil survei yang dilakukan pada Oktober 2018, jalur pendakian tidak aman dilalui karena ada retakan tanah dan longsor. Selain itu, ada beberapa jembatan yang putus serta seluruh pos peristirahatan di dalam kawasan mengalami kerusakan.

"Pada 2019 baru melakukan survei. Itu artinya baru inventarisasi kebutuhan yang ada untuk diusulkan pada 2020. Berarti perbaikan jalur pendakian dan sarana prasarana dilakukan pada 2020," katanya.

Direktur Operasional F1 Sport, Florenciano Hendrikus Muter, selaku panitia Rinjani 100 K, mengatakan lomba lari di Rinjani akan sulit terlaksana jika sarana dan prasarana pendukung di dalam kawasan belum diperbaiki. "Pasti tidak bisa karena selain jalur harus layak untuk lari, fasilitas lain juga tetap perlu, untuk kenyamanan dan keamanan, seperti jembatan itu perlu. Kami menggelar, tapi porter (pemandu wisata gunung) sebagai pendukung logistik tidak bisa bergerak, percuma juga biarpun pelari bisa," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement