Kamis 03 Jan 2019 16:54 WIB

Surono: Potensi Kembali Tsunami Akibat Anak Krakatau Minim

Tsunami terjadi bukan karena letusan tetapi longsoran Gunung Anak Krakatau.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nur Aini
Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gunung api, Surono atau biasa disebut Mbah Surono menyebut potensi tsunami di selat Sunda akibat aktivitas vulkanik gunung Anak Krakatau terbilang minim. Sebab, ukuran Anak Krakatau sudah mengecil ketimbang sebelum terjadinya tsunami jelang akhir tahun 2018.

Mbah Rono mengatakan aktivitas vulkanik Anak Krakatau berupa erupsi wajar terjadi selama ini. Pasalnya, Anak Krakatau tengah membangun tubuhnya hingga besar. Sehingga masyarakat diminta tidak panik akan munculnya tsunami lagi.

"Dia seperti anak muda supaya tinggi dan semok. Kalau tidak meletus bagaimana tumbuh dia. Letusan setinggi apapun Anak Krakatau juga kecil menimbulkan tsunami," katanya dalam diskusi 'Mitigasi Bencana Masih Jadi PR' pada Kamis (3/1).

Ia malah balik menyalahkan pihak mana pun yang menuding Anak Krakatau bakal menimbulkan tsunami kembali. "Kriminalisasi terhadap anak Krakatau. Kecil sekali dan bahkan dapat dikesampingkan untuk mendakwa anak Krakatau meletus bisa menimbulkan tsunami," ujarnya.

Mbah Rono meminta alat pendeteksi longsoran di Anak Krakatau terus dipastikan berfungsi baik. Apalagi, lokasi Anak Krakatau berdekatan dengan kawasan wisata di pantai Lampung dan Banten. Ia pun sudah menebak penyebab tsunami selat sunda kemarin.

"Banyak yang mengatakan ini letusan. Saya bilang bukan, ini longsoran. Awan panas bukan karakternya, yang sudah diteliti dan saya yakin benar Selat Sunda disebabkan oleh longsoran Anak Krakatau. Jangan pernah alat di Anak Krakatau mati, walaupun sering mati karena letusan, karena wilayah vital dan strategis tidak boleh lengah Anak Krakatau," ujarnya.

Sebelumnya, potensi tsunami Anak Krakatau akibat longsoran sudah pernah diteliti pada 2012. Sedangkan untuk saat ini ia memastikan letusan Gunung Anak Krakatau terbilang normal.

"Sekarang meletus gitu-gitu ajalah. Pernah lebih besar dari yang kemarin juga pernah, baik-baik saja. Waktu itu sudah tinggi dan besar, letusan itu dahsyat sekali. Longsor itu sudah banyak orang memprediksi, tsunami Selat Sunda disebabkan oleh longsoran anak Krakatau terbit 2012," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement