REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno membantah ada pihak yang menolak kedatangannya ketika dirinya mengunjungi Sampang, Kabupaten Madura, Rabu (2/1) kemarin. Sebaliknya, Sandiaga justru melihat antusiasme masyarakat menyambut kehadirannya.
"Kita ucapkan terima kasih kepada masyarakat di Sampang, saya datang sempat ke tokoh masyarakat, para kiai juga sangat menyambut," kata Sandiaga di Jakarta, Rabu (2/1) malam.
Sebelumnya, beredar surat di kalangan wartawan yang berasal dari kelompok bernama Laskar Aswaja Indonesia yang berisi penolakan kedatangan Sandiaga Uno di Kabupaten Sampang. Dalam keterangan tertulis tersebut dituliskan bahwa, Sandiaga dituding melakukan dosa sosial-ekologis yaitu perusakan lingkungan melalui industri tambang terhadap kurang lebih 900 hektare lahan hijau di Tumpang Pitu.
Menjawab tudingan tersebut, mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut mengungkapkan, bahwa sejak 2015 lalu dirinya sudah tidak lagi menggeluti dunia usaha. "Dari tahun 2015 saya sudah meninggalkan dunia usaha. Saya nggak melihat ada penolakan, malah justru mereka sangat betul-betul antusias," katanya.
Sandiaga berharap pada Pilpres 2019 ini tidak ada upaya memecah belah satu sama lain. Menurutnya, berbagai bentuk kegiatan kampanye yang dilakukan adalah untuk meyakinkan masyarakat dalam menentukan pilihan pada 17 April 2019 mendatang.
Selain dituding melakukan dosa sosial-ekologis, Laskar Aswaja menganggap Sandiaga juga telah melakukan dosa Akhlakul Karimah, yaitu ketika Sandiaga melangkahi makam salah satu pendiri NU KH Bisri Syansuri beberapa waktu lalu. Tidak hanya itu, Sandiaga juga dianggap melakukan dosa korupsi lantaran perusahaan yang ia pimpin PT Duta Graha Indah (DGI) yang saat ini berganti nama PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) didakwa korupsi oleh jaksa Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK).