REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan bukan tidak mungkin Joko Widodo dan Prabowo Subianto bergabung dalam satu pemerintahan yang sama setelah Pemilu Presiden 2019. Hal itu karena kedua tokoh tersebut sama-sama menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan.
"Politik Indonesia akan semakin luar biasa hebatnya, jadi Jokowi dan Prabowo bukan tidak mungkin setelah Pilpres 2019 dalam satu pemerintahan yang sama," kata Maruarar Sirait dalam refleksi akhir tahun Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) bertajuk "Memperteguh Komitmen Kebangsaan di Tahun Politik" di Jakarta, Ahad (30/12).
Maruarar atau Ara mengaku senang ketika Prabowo dan Jokowi sama-sama menghadiri perayaan Natal dan bertemu dengan tokoh-tokoh Islam sehingga menjadi hal yang baik bagi Indonesia. Dia mengaku kenal baik dengan Prabowo-Jokowi dan kedua tokoh tersebut merupakan teman yang baik sehingga dibuktikan dengan sikap yang baik setelah Pilpres 2014.
"Setelah Jokowi-JK diputuskan menang Pilpres 2014, Jokowi cerita kepada saya akan mengundang langsung Prabowo menghadiri pelantikannya. Lalu Prabowo dengan jiwa besar hadir di Gedung MPR dan dihargai Jokowi," ujarnya.
Setelah Pilpres 2014, menurut dia, Jokowi dan Prabowo sering melakukan kunjungan. Misalnya di Hambalang, keduanya bersama-sama naik kuda dan makan bersama. Menurut dia, sikap Prabowo dan Jokowi itu menunjukkan suatu yang paripurna, yaitu politisi telah menjadi negarawan serta mencontohkan bahwa jangan sampai persatuan dan persaudaraan hancur gara-gara kompetisi pemilu.
"Jadi menurut saya bagaimana kekuatan yang pro-persaudaraan dan persatuan harus lebih kuat," katanya.
Ara menegaskan kalau mau menang kompetisi pemilu jangan menggunakan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) namun harus menunjukkan apa karya untuk persatuan Indonesia seperti yang sudah ditunjukkan Jokowi dan Prabowo.