REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fauziah Mursid, Mursalin Yasland
JAKARTA -- Badan Geologi mengungkapkan, aktivitas Gunung Anak Krakatau akan terus terjadi dan tidak akan berhenti. Meski volume gunung telah mengecil karena aktivitas vulkanis dalam beberapa hari terakhir, itu tidak membuat aktivitas magmanya berhenti.
"Krakatau itu akan tumbuh terus dan tidak akan berhenti. Jadi, misalkan dia (Anak Krakatau--Red) melorot, dia jatuh, terus enggak berhenti. Di dalam, bubur ini enggak pernah habis, bubur magmanya itu," ujar Sekretaris Badan Geologi Ke menterian ESDM Antonius Ratdomopurbo di kantor ESDM, Jakarta, Sabtu (28/12).
Menurut dia, aliran magma Gunung Anak Krakatau juga bersifat konstan. Setiap harinya ada aliran magma sekitar 150 ribu meter kubik. "Itu banyak lho. Dari dalam sekali, itu naiknya minimal konstan. Meskipun konstan, dia itu akan ngumpul agak memenuhi di dapur magma yang dangkal. Kalau ndak kuat, keluar sampai tekanannya nanti stagnan dan normal lagi. Ini sambil ditambah terus. Makanya aktivitas terus-menerus dan tidak pernah berhenti," ujar Purbo.
Meski begitu, Badan Geologi telah melaporkan, terjadi penurunan aktivitas vulkanis gunung tersebut sejak Jumat (28/12) sore. Anak Krakatau saat ini lebih banyak mengeluarkan letusan Surtseyan dan tidak disertai suara dentuman.
Penurunan juga disusul pantauan bahwa puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi. Berdasarkan hasil analisis visual, terkonfirmasi Gunung Anak Krakatau yang semula bertinggi 338 meter kini terlihat hanya bertinggi 110 meter.
"Sekitar 14.18 kemarin sore itu terlihat dan terkonfirmasi bahwa Gunung Anak Krakatau itu jauh lebih kecil dari sebelumnya," ujar Purbo.
Menurut dia, dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau saat ini lebih rendah daripada Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya dengan tinggi 182 meter. Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar 0-180 juta m3. Sementara, volume yang tersisa saat ini diperkirakan antara 40-70 juta m3.
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7).
Dilarang mendekat
Masyarakat tetap dilarang mendekati wilayah sekitar Gunung Anak Krakatau. Saat ini, masyarakat juga masih dilarang mendekati radius 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau. "Jadi, kita berlakukan [larangan] tidak masuk kompleks Krakatau sambil kita lihat beberapa hari ke depan," ujar Purbo.
Menurut dia, status Gunung Anak Krakatau juga masih berada di level III atau Siaga. Badan Geologi belum menurunkan status level dan terus melakukan pemantauan dalam beberapa hari ke depan.
Pemerintah Provinsi Lampung menggelar rapat koordinasi semua elemen terkait untuk mengantisipasi bencana gelombang tsunami susulan. Langkah tersebut merupakan respons atas status Gunung Anak Krakatau yang meningkat menjadi Siaga (level III) pada Sabtu. Rakor ini juga mengambil langkah penanggulangan pascamusibah tsunami di Kabupaten Lampung Selatan.
Plt Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Hamartoni Ahadis yang men jadi pimpinan rakor mengatakan, perlu segera dibuat skema dan kiat untuk menghindari bencana tsunami susulan akibat erupsi vulkanis Gunung Anak Krakatau yang masih berlangsung hingga saat ini. "Kita harus waspada dan siaga, terutama akan terjadinya megathrust Selat Sunda dan erupsi Anak Krakatau yang berpotensi menyebabkan gelombang tsunami yang dapat melanda daerah pesisir Lampung Selatan, Tanggamus, dan Kota Bandar Lampung," kata Hamartoni.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kotabumi Anton Sugiharto mengata kan, perlu ada imbauan kepada masyarakat, terutama yang berada dan bermukim di sekitar pantai dan pesisir di Lampung. Karena statusnya menjadi Siaga, masyarakat diminta mengurangi aktivitas di sepanjang pantai sejauh 500 meter hingga 1 kilometer.