Senin 24 Dec 2018 04:06 WIB

Tinggi Air Tsunami Selat Sunda Belum Bisa Dipastikan

Kepastian tinggi air ini masih perlu didalami lagi dengan sejumlah bukti dan fakta.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan pemaparan kepada wartawan terkait Tsunami di Banten dan Lampung DI Yogyakarta, Ahad (23/12/2018).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan pemaparan kepada wartawan terkait Tsunami di Banten dan Lampung DI Yogyakarta, Ahad (23/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), menyebut tinggi gelombang air saat tsunami sekitar 2-3 meter menurut keterangan para warga yang mengalami langsung. Namun, kepastian tinggi air ini masih perlu didalami lagi dengan sejumlah bukti dan fakta.

"Tinggi tsunami bervariasi, berdasarkan laporan di lapangan sekitar 2 hingga 3 meter, landaan tsunami ke daratan berbeda-beda tergantung kontur pantai," ucap Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (23/12).

Kekuatan tsunami besar ini menyebabkan hotel dan bangunan di dekat pantai hancur. Kendala juga muncul karena tidak adanya peringatan dini, serta tidak ada tanda-tanda akan terjadinya sebuah tsunami, ditambah dengan kondisi gelap karena kejadian terjadi malam hari.

"Ini (kondisi gelap karena malam hari) yang menyebakan korban banyak akibat terjangan tsunami. Kita tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dipicu oleh longsor bawah laut dan erupsi gunung api, sehingga tidak mampu mendeteksi dan memberikan peringatan dini tsunami," ujar Sutopo

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hanya memiliki peringatan dini berbasis gempa bumi sebagai pemicunya. Sistem peringatan dini tsunami akibat gempa bumi pun, hanya mampu memberikan warning atau peringatan kurang dari 5 menit setelah kejadian gempa.

"Ini jadi tantangan ke depan untuk mengembangkan peringatan dini tsunami akibat longsor bawah laut dan erupsi gunung api. Tentu BMKG dan PVMBG dapat berkolaborasi didukung kelompok atau lembaga lain," jelasnya.

Bencana alam tsunami kembali melanda Indonesia, setelah Palu, Sulawesi Tengah, kini dua kabupaten di Banten dan Lampung, juga harus ikut mengalaminya. Pada Sabtu (23/12) sekitar pukul 21.30 WIB, salah satu titiknya adalah warga sekitar Pantai Anyer, yang dikejutkan dengan adanya gelombang tinggi yang menyapu rumah warga di pesisir.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan korban tsunami di Selat Sunda hingga Ahad (23/12) sore terus bertambah. Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Ahad (23/12) pukul 16.00 WIB, tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement