REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tsunami menerjang pesisir Pandeglang, Banten, Sabtu malam (22/12). Madona (21) salah satu warga yang mengunjungi Pantai Anyer untuk berlibur dengan keluarganya, akhirnya memilih pulang lebih cepat.
Madona dan keluarganya kini memilih meninggalkan lokasi liburan keluarganya. Dibantu oleh pihak hotel dan warga, Madona menemukan rute alternatif untuk bisa keluar dari Anyer dan pulang ke rumahnya di Jakarta.
“Sekarang saya sudah di Cilegon menuju tol Jakarta, tadi perjalanan pulang lancar karena kami dibantu petugas hotel untuk menemukan rute alternatif lewat belakang, lewat perkampungan,” kata Madona saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/12).
Madona mengatakan, rute alternatif dipilihnya karena jalan utama Anyer yang masih banyak tertutup oleh puing-puing pascatsunami. Tapi sejak pagi tadi telah banyak petugas dan dibantu warga setempat yang mulai membersihkan puing-puing bangunan yang menutup jalan. “Tadi saya sudah lihat alat berat lewat, mungkin itu untuk mempercepat proses pembersihan,” kata Madona.
Menurut Madona, lokasi terparah yang terdampak tsunami adalah dari arah Karang Bolong menuju arah Carita. Sedangkan dari Carita menuju Hotel Marcela menuju arah Cilegon tidak begitu terdampak. “Warung-warung makan di pinggir pantai masih aman, sedangkan warung makan di Karang Bolong, di pinggir pantai itu hancur semua,” terang Madona.
Bahkan penginapan Puri Retno lanjut Madona, hancur terdampak tsunami. Informasi yang dia dapatkan masih ada pengunjung yang hilang akibat tsunami Sabtu malam itu.
“Puri Retno, bangunannya hancur karena dia enggak punya tanggul dan ada tamu yang konon satu orang belum ditemukan,” kata Madona.
Madona mengaku pada malam kejadian tsunami memang sempat mendengar adanya bunyi dentuman dari arah pantai. Lalu ketika menengok para penghuni penginapan lainnya banyak yang mulai berduyun-duyun meninggalkan hotel lantaran tempat penginapan mereka yang terendam air.
Madona mengaku penginapannya malam itu belum terendam air. Namun ia melihat air mulai mengalir terus menerus. Madona memilih tetap tinggal di penginapan lantaran setelah mencari beberapa informasi bahwa air tersebut bukan tsunami melainkan air laut yang tengah pasang.
“Saya kira karena gelombang pasang saja karena memang bulannya tadi malam gede banget, tapi ternyata satpam balik lagi dan bilang kita tidak bisa (jika) bertahan (di penginapan),” cerita Madona.
Madona bersama keluarganya pun akhirnya ikut mengungsi bersama di rumah warga. Ia tidak berniat pulang pada malam itu juga lanjaran jalanan yang banyak tertutup bebatuan reruntuhan bangunan. Barulah saat hari terang, dia memilih meninggalkan kawasan wisata itu menuju Jakarta.