REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers tertulisnya, Ahad (23/12) menyebut kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Menurutnya, Badan Geologi mendeteksi pada pukul 21.03 WIB Gunung Anak Krakatau erupsi kembali dan menyebabkan peralatan seismograf setempat rusak.
Namun, seismik Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus (tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan).
"Hal ini kemungkinan material sedimen di sekitar Anak Gunung Krakatau di bawah laut longsor sehingga memicu tsunami," ujar Sutopo.
Sutopo mengatakan, pada saat bersamaan juga terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama.
"Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang," kata Sutopo.
Data hingga pukul 04.30 WIB menunjukkan tsunami itu menyebabkan 20 orang meninggal dunia, 165 orang terluka, dua orang hilang dan puluhan bangunan rusak.
Korban meninggal tersebar di Kabupaten Padenglang, Serang, dan Lampung Selatan. Jalan raya penghubung Serang-Pandeglang putus akibat tsunami.
Di Kabupaten Pandeglang, tsunami berdampak di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur, menyebabkan 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka, 43 rumah rusak berat, sembilan hotel rusak berat dan puluhan kendaraan rusak. Daerah yang terdampak parah adalah kawasan permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.
Di Kabupaten Lampung Selatan, ada tiga orang yang meninggal dunia dan 11 orang yang terluka akibat bencana itu. Sementara di Kabupaten Serang tsunami mengakibatkan tiga orang meninggal dunia, empat orang luka dan dua orang hilang, dengan daerah yang terdampak di Kecamatan Cinangka. Jumlah korban, menurut BNPB, kemungkinan masih bisa bertambah mengingat pendataan belum menjangkau semua daerah terdampak.
Sutopo pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing isu yang menyesatkan yang disebarkan oleh pihak yang tidak jelas.
"Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas di pantai Selat Sunda untuk sementara waktu. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan penelitian lebih lanjut," kata dia.
Baca: Detik-Detik Tsunami Terjang Pantai Banten Hingga Lampung