Ahad 23 Dec 2018 08:47 WIB

Menag Berharap Pemilu tak Ganggu Kerukunan Umat

Dia mengatakan toleransi bangsa akan diuji dalam pemilu.

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap persaingan dan perbedaan yang akan mewarnai pemilihan umum tahun depan tidak sampai mengganggu kerukunan bangsa. "Pesan ini penting saya sampaikan karena jangan sampai demi tahun politik kita mengorbankan kekayaan bangsa tersebut," kata Lukman saat menyampaikan sambutan pada perayaan Puncak Gita Jayanti Nasional 2018 di kampus Institut Seni Indonesia Denpasar, Sabtu malam (22/12).

Dia mengatakan kekuatan kerukunan dan toleransi bangsa akan diuji dalam pemilihan presiden dan anggota legislatif tahun depan. "Dalam pandangan saya, meskipun Indonesia sangat majemuk, namun sebagai bangsa yang berbingkai NKRI, pilar-pilar penyangganya tetap harus dijaga keutuhannya," katanya.

"Rumah besar ini harus membuat kita semua yang berada di dalamnya selalu bersyukur sebagai bangsa Indonesia," ia menambahkan.

Ia mengatakan perayaan Gita Jayanti sesungguhnya merupakan wujud nyata keterlibatan umat Hindu bersama-sama dengan umat agama lainnya. Gita Jayanti merupakan hari diwahyukannya kitab suci Bhagavad-gita.

"Jadi, bagaimana kita menegakkan pilar-pilar kerukunan yang teraktualisasikan dalam ragam bentuk dan rupa, termasuk bagaimana bisa hidup berdampingan dengan orang yang berbeda iman adalah pengejawantahan dari Bhinneka Tunggal Ika," kata Lukman.

Pada perayaan Gita Jayanti Nasional, dia mengajak umat Hindu mempraktikkan konsep dharmaning agama dan dharmaning negara, menjalankan kewajiban agama dan negara sekaligus. "Kami juga senantiasa menyosialisasikan kesadaran bahwa beragama itu dalam konteks Indonesia adalah ber-Indonesia, sebagaimana ber-Indonesia itu adalah beragama," kata Lukman.

Ia melanjutkan, "Sebaliknya, ketika kita sebagai warga negara Indonesia, ketika kita sedang menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai warga negara yang baik, sesungguhnya itulah manifestasi, itulah pengejawantahan, itulah aktualisasi diri bahwa kita sedang menjalankan ajaran agama."

Ketua Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) Indonesia Nengah Wijana mengatakan musuh bersama masyarakat saat ini sesungguhnya adalah kegelapan, ketidaktahuan dan kebodohan. "Masalah kita bukan karena disebabkan oleh suku, agama, ras atau pun peradaban lain. Masalah kita kebodohan," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement