REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas pemilih yang menyukai Reuni 212 memiliki sikap yang sulit dipengaruhi Habib Rizieq Shihab (HRS), menjadi alasan mengapa elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) stagnan pascareuni 212. Hal itu didapatkan dari hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
"Mayoritas pemilih yang suka dengan Reuni 212 sudah memiliki sikap yang sulit dipengaruhi oleh Habib Rizieq Shihab, terutama terkait soal NKRI bersyariah dan seruan ganti presiden," ujar peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, dalam konferensi pers yang dilakukan di Jakarta Timur, Rabu (19/12).
Hasil survei LSI Denny JA terbaru menunjukkan, Reuni 212 cukup diketahui oleh mayoritas pemilih di Indonesia. Sebesar 58,5 persen responden menyatakan pernah mendengar atau mengetahui adanya kegiatan tersebut. Dari jumlah itu, 54,5 persen menyatakan suka dengan Reuni 212.
"Dari mereka yang menyatakan suka dengan Reuni 212, sebesar 83,2 persen menyatakan lebih pro dengan konsep NKRI yang berdasarkan Pancasila saat ini. Hanya 12,8 persen yang menyatakan pro dengan NKRI bersyariah," ujar Adjie.
Baca juga: Ini Hasil Survei Elektabilitas Capres Pascareuni 212
Selain itu, Adjie menjelaskan, seruan Habib Rizieq untuk ganti presiden atau ingin adanya presiden baru juga tidak semua diamini oleh mereka yang menyukai Reuni 212 itu. Sebesar 43,6 persen di antara mereka memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf. Sementara 40,7 persen dari mereka menyatakan memilih pasangan Prabowo-Sandi.
Survei LSI Denny JA ini dilakukan terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia dengan metode multistage random sampling pada 5-12 Desember 2018. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Adjie mengatakan, margin of error survei ini sebesar 2,8 persen.
"Selain survei, LSI Denny JA juga melakukan riset kualitatif dengan metode FGD, analisis media, dan indepth interview untuk memperkaya analisis survei," kata Adjie.