Sabtu 15 Dec 2018 11:18 WIB

BPN: Sudah tak Relevan Lagi Jateng Disebut Kandang Banteng

Pasangan yang didukung PDIP pada Pilkada Jateng tak meraih 70 persen suara.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua DPP Gerindra - Ferry Juliantono
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wakil Ketua DPP Gerindra - Ferry Juliantono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara (Jubir) Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Ferry Juliantono menegaskan Jawa Tengah sudah tidak lagi relevan disebut kandang banteng. Ferry menjelaskan sejumlah alasannya terkait pernyataannya tersebut.

"Pertama Jawa Tengah itu Golkar pernah berkuasa menang dengan suara terbesar, tahun 2009 Partai Demokrat pernah jadi partai terbesar, kemudian 2014 PDIP menang lagi," kata Ferry di Jakarta, Jumat (14/12).

Kedua, wakil ketua umum Partai Gerindra tersebut juga menyoroti hasil Pilkada Jateng 2018 lalu. Pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Partai Gerindra, PAN, PKS, PKB berdasarkan rekapitulasi KPU memperoleh 41,22 persen, sedangkan pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin meraup 58,78 persen. 

"Beda kalau Ganjar menang 70 atau 80 persen, itu boleh bilang kandang banteng," ujarnya.

Ferry juga tidak mengkhawatirkan perbedaan peta dukungan pada Pilkada Jateng 2018 dan Pilpres 2019. Pada Pilkada Jateng 2018, Ida Fauziyah diusung oleh PKB untuk mendampingi Sudirman Said. 

Namun pada pilpres kali ini, PKB mendukung pejawat. "Dulu Demokrat mendukung Pak Ganjar sekarang Demokrat mendukung kami, gimana dong?" tuturnya.

Sebelumnya Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Sudirman Said juga menegaskan tidak benar jika Jawa Tengah (Jateng) dikuasai sekelompok atau partai tertentu. Ia pun mengungkit-ungkit kembali perolehan suara yang ia peroleh bersama politikus PKB Ida Fauziyah di pilkada Jateng 2018 lalu. 

"Saya mengatakan tidak benar kalau Jawa Tengah didominasi warna tertentu, karena ternyata dengan pendekatan yang kemarin tidak maksimal, saya dihambat sana-sini, dicurangi, ditekan, disabotase, dihadang di jalan, 42 persen masih. Itu artinya masyarakat Jawa Tengah mau berubah," jelas Sudirman usai ditemui diskusi Rabu Biru, di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu (12/12).

Ia juga meyakini politik itu dinamis. Sudirman menjaskan pilkada DKI Jakarta menjadi contoh bagaimana pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno yang ketika memperoleh angka survei kecil bisa mengalahkan petahana dan meraih kursi DKI-1 dan DKI-2. 

“Terhadap Jawa Tengah yang dikatakan disebut kandangnya kelompok tertentu sudah tidak benar sama sekali, karena Pilkada kemarin membuktikan tidak begitu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement