Kamis 13 Dec 2018 03:19 WIB

TKN Tanggapi Tagar #SandiwaraUno di Twitter

Sandiaga sempat mendapatkan penolakan saat berkampanye di Kota Pinang, Sumut.

Rep: Rizkyan Adiyudha, Ali Yusuf/ Red: Andri Saubani
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno disambut poster bertuliskan imbauan larangan hadir di Pasar Kota Pinang, Sumatera Utara, Selasa (11/12).
Foto: Dok. BPN Prabowo- Sandiaga
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno disambut poster bertuliskan imbauan larangan hadir di Pasar Kota Pinang, Sumatera Utara, Selasa (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menilai terlalu kentara bahwa kejadian penolakan cawapres Sandiaga Uno di Pasar Kota Pinang, Sumatra Utara, adalah sebuah sandiwara. TKN berpendapat, tujuannya demi membangun framing seakan-akan Sandiaga didzalimi oleh rezim Jokowi.

"Terlalu kentara bahwa itu sandiwara," kata Juru Bicara TKN Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily di Jakarta, Rabu (12/12).

Ace mengatakan, sandiwara itu bisa dilihat dari sejumlah video beredar mengenai kejadian di pasar tersebut. Dia melanjutkan, ada yang mengaku disuruh untuk memasang tulisan di sebuah kertas karton yang isinya menolak kedatangan Sandiaga.

Ace mengatakan, di media sosial Twitter bertagar #SandiwaraUno, hal ini sudah dibahas. Dia melanjutkan, dalam sebuah video, seorang pria berkemeja hitam dan bertopi hitam diduga bernama Yuga, Koordinator Media Tim Sandiaga, melarang anggota Timses Sandiaga ketika ingin mencopot poster penolakan.

Poster yang sempat tercopot akhirnya ditempelkan lagi. Lalu, Sandiaga mendatangi poster itu dan pura-pura bertanya.

"Itu kan jelas sekali bahwa itu bagian dari playing victim supaya kesannya didzalimi," kata Ace lagi.

Menurut Ace, sah saja seseorang dalam berpolitik membangun sebuah skenario. Namun, dia menilai, skenario yang dibangun harus lebih canggih dan lebih kreatif sehingga tidak terlihat mencari simpati dengan cara-cara seperti begitu.

Anggota Direktorat Media dan Komunikasi BPN Prabowo-Sandi, Anthony Leong menilai, poster bertuliskan #2019TetapJokowi yang terpampang saat kunjungan Sandiaga Uno di Pasar Kota Pinang, Sumatra Utara, Selasa (11/12) merusak persatuan sesama anak bangsa. "Ini ada oknum pemecah belah masyarakat di situ. Bang Sandi datang ke pasar untuk mengetahui kegelisahan masyarakat dan menyerap aspirasi masyarakat," kata Anthony lewat keterangan tertulisnya kepada Republika, Selasa (11/12).

Menurut Anthony, poster dengan nada penolak terhadap mantan wakil Gubernur DKI Jakarta itu merupakam upaya penggiringan opini bahwa Sandiaga mendapat penolakan dari masyarakat. Hal itu, menurutnya, adalah bentuk kekhawatiran terhadap tingginya antusiasme masyarakat kepada Sandiaga.

"Ini mau dibuat seolah-olah ada penolakan warga di Pasar Kota Pinang ke Bang Sandi. Padahal kita ketahui bahwa masyarakat sangat antusias berdesak-desakan untuk bertemu Bang Sandi. Kelihatannya ada yang panik dengan fenomena Bang Sandi yang dicintai emak-emak. Semoga ini bukan dari kubu Pak Jokowi - Mar'uf yang men-setting," ujarnya.

Terakhir, Anthony meminta pihak terkait untuk mengusut kejadian tersebut agar kejadian ini tidak terulang kembali. "Adanya indikasi oknum yang membayar pedagang untuk menempelkan poster tersebut di warung mereka harus ditelusuri oleh Bawaslu dan aparat keamanan," katanya jangan sampai gara-gara provokasi seperti ini mengganggu ketertiban Pemilu 2019.

"Kami dari Tim Prabowo-Sandi komitmen wujudkan demokrasi yang sejuk, demokrasi yang tidak memecah belah," katanya, menambahkan.

Seperti diketahui, cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno disambut poster yang memintanya pulang saat blusukan ke pasar di Kota Pinang, Sumatra Utara. Namun ibu-ibu pendukungnya tak membolehkan.

Poster-poster yang meminta Sandiaga pulang itu dipasang di sejumlah lapak pedagang. Alih-alih marah, Sandiaga santai menanggapi poster itu.

"Jadi saya pulang aja nih?" kata Sandiaga di pasar itu, Selasa (11/12).

"Jangan," teriak ibu-ibu pedagang yang mengerumuninya.

Poster yang mengusir Sandiaga bertuliskan: "Pak Sandiaga Uno Sejak Kecil Kami Sudah Bersahabat Jangan Pisahkan Kami Gara-gara Pilpres Pulanglah!!!"

Sandi sempat menemui salah seorang pedagang yang memasang poster itu. "Bapak memasangnya sendiri? Kami sejak awal selalu ingin menciptakan kampanye yang sejuk, tidak memecah-belah. Kampanye berpelukan Pak Dirjon. Tidak ada upaya memecah belah," jelas Sandi ke Dirjon.

Mendengar penjelasan Sandiaga, Dirjon tidak mengeluarkan kata-kata. Istri Dirjon yang kemudian menimpali Sandiaga.

"Kami dibayar, Pak, untuk pasang poster itu," kata istri Dirjon.

"Tidak, Pak, itu aspirasi kami," timpal Dirjon membantah istrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement