Senin 10 Dec 2018 12:29 WIB

Jokowi: Peran Humas tak Bisa Digantikan dengan Mesin

Kerja humas menebar optimisme dengan etika tak bisa digantikan kecerdasan buatan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ratna Puspita
Joko Widodo
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengatakan kerja humas melakukan monitoring dan analisis berita dapat lebih cepat dan mudah berkat kehadiran artificial intelegence atau kecerdasan buatan dalam mesin komputer. Akan tetapi, hal tersebut tidak lantas membuat peran humas dapat digantikan oleh teknologi kecerdasan buatan. 

Jokowi mengatakan saat ini, perkembangan teknologi sangat cepat, termasuk di bidang media dengan kemunculan teknologi monitoring analisis pemberitaan yang cepat dan mudah. “Yang melakukan media monitoring setiap saat dan real time tersebut bukan lagi manusia, tapi artificial intelegence, big data analytics. Yang melakukan adalah analytic engine, sebuah teknologi yang mampu memahami landscape digital, yang mampu membaca tren dan mampu menulis berita sendiri," kata Jokowi  saat meresmikan pembukaan Konvensi Nasional Humas 4.0 di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12).

Kendati demikian, Jokowi mengatakan kerja kehumasan tak akan bisa diambil alih sepenuhnya oleh teknologi artificial intelegence. Ia menjelaskan kerja humas yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan di antaranya menebarkan optimisme dan etika. 

Karena itu, Jokowi meminta humas agar turut menebarkan optimisme, membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan menerapkan standar etika. Ia melanjutkan humas saat ini perlu menebar optimisme tersebut sekaligus mengikuti perkembangan zaman mengikuti revolusi industri 4.0. 

Presiden menjelaskan, kemajuan teknologi informasi digital yang sangat cepat sekarang ini haruslah diimbangi dengan standar moral dan etika dari para penggunanya. Saat ini, ia mengatakan, tak sedikit informasi yang beredar justru berisi informasi kebohongan, provokatif, mengadu domba, dan bernarasi negatif. 

Ia mengatakan berita bohong akan membangkitkan sikap pesimisme serta rasa takut masyarakat. Jokowi mengatakan kondisi tersebut tak cukup hanya dihadapi dengan regulasi dan penegakan hukum, melainkan juga literasi digital. 

Dengan demikian, masyarakat tak hanya mampu menggunakan teknologi informasi digital, tetapi juga mampu memilih informasi serta mengecek ulang sebuah informasi. "Karena itu, saya apresiasi konsistensi Perhumas yang selama ini terus mengusung hastag Indonesia bicara baik, sangat bagus. Saya lihat masa kini muncul di setiap acara berkemah di website-nya, di surat-suratnya di backdrop acaranya, di poster-poster Perhumas, ini bagus. Bahwa Indonesia harus bicara baik," ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement