REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Tokoh agama Katolik di Papua, Pastor John Jonga menyampaikan turut belasungkawa dan turut berduka cita atas meninggalnya tiga puluhan lebih pekerja yang dibunuh di Distrik Yall, Kabupaten Nduga, Ahad (2/12). Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, hari ini menyebutkan, jumlah korban meninggal dunia dari pembunuhan di Nduga, Papua, berjumlah 19 orang.
"Saya sebagai pastor dan juga sebagai masyarakat saya menyampaikan turut belasungkawa dan turut berduka cita atas meninggalnya tokoh-tokoh maupun orang-orang yang bekerja di tengah hutan itu orang hebat, mereka sebagai tokoh pembangunan yang mau membantu kelancaran kemajuan Papua," kata Pastor Jhon ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Rabu (5/12).
Menurut dia, para korban sebenarnya membantu mempercepat pembangunan dan pasti mereka tidak tahu apa-apa tentang gerakan politik dan lain sebagai, tapi menjadi korban. Mungkin saja, kebijaksanaan dari pemerintah yang kurang memperhatikan hak-hak ulayat masyarakat adat setempat.
"Kami berdoa supaya mereka semua bisa diterima di sisi Allah yang maha kuasa di surga. Sebagai seorang pastor, saya merasa keprihatinan dan merasa bahwa para pelaku dari peristiwa itu adalah umat Kristiani di Papua yang harus dihukum sesuai aturan yang berlaku karena melakukan perbuatan tidak manusiawi," ujarnya.
Penerima Yap Thiam Hien Award 2009 ini mengaku sebagai tokoh agama merasa sedih. Sebab, peristiwa pembunuhan terbesar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab, apakah itu kelompok TPN OPM atau kelompok yang lain.
"Saya sungguh menyesalkan tindakan itu, tindakan ini menyesatkan gerakan-gerakan untuk pembebasan Papua dari ketertinggalan pembangunan. Peristiwa ini sangat tidak dibenarkan oleh siapapun, baik hukum di negara ini maupun hukum Allah ini tidak diterima," ucapnya.
Dia menambahkan, peristiwa kemanusiaan yang cukup sadis ini sangat melanggar hak hidup orang. Orang atau kelompok dan pribadi-pribadi entah dari kelompok mana, apakah dari kelompok sipil bersenjata atau kelompok yang lain, intinya bahwa ini tindakan yang sungguh melanggar hak Allah dan juga melanggar aturan perundang-undangan, tapi juga hak asasi manusia untuk hidup.
"Karena itu, saya sebagai pastor dan juga pemerhati menyampaikan seruan keprihatinan atas peristiwa ini, jika ini dilakukan oleh kelompok-kelompok Papua merdeka bahwa seluruh warga negara di mana saja pasti mengutuk saudara-saudara yang berjuang untuk merdeka, tapi membunuh orang. Tindakan ini adalah perampokan hak hidup setiap orang," tambah Jhon.
Penyerangan para pekerja pembangunan jembatan di Yall, terjadi pada Ahad (2/12). Kemudian pada Senin (3/12) malam sekitar pukul 18.30 WIT, kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) menyerang Pos TNI di Mbua.