REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Industri pembuatan kapal nelayan tradisional berbahan kayu berkembang di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Kegiatan pembuatan kapal nelayan tradisional tersebut, terlihat di beberapa tempat di wilayah pesisir pantai di wilayah Kota Lhokseumawe, seperti di pesisir Pusong, Pantai Ujong Blang dan di Jambo Timu.
"Di Lhokseumawe sendiri ada beberapa tempat yang mengerjakan pembuatan kapal nelayan secara tradisional. Baik di Pusong, sekitar pantai Ujong Blang dan juga di Jambo Timu, Kecamatan Blang Mangat," Asmadi Kepala Unit Pelayana Teknis (UPT) Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Lhokseumawe, mengatakan pada Senin (3/12).
Menurutnya, pembuatan kapal nelayan yang dikerjakan secara tradisional tersebut lebih banyak dilakukan di sekitar area PPI Pusong, dengan beragam ukuran, mulai dari ukuran besar hingga yang berukuran kecil. "Biasanya pembuatan kapal nelayan ini, tergantung pesanan dari pemiliknya. Baik terhadap ukuran dan lain sebagainya," ucap Asmadi.
Dia mengatakan, di sekitar area PPI Pusong terdapat beberapa unit kapal yang sedang dikerjakan oleh para tukang. Begitu juga dengan sejumlah tempat pembuatan kapal lainnya, pasti selalu ada kegiatan pembuatan kapal.
"Jika diamati, industri pembuatan kapal tradisional ini meningkat di Lhokseumawe. Alasannya, dari waktu ke waktu ada saja kegiatan pembuatan kapal di sejumlah lokasi dan juga unit yang dikerjakan bertambah," kata Asmadi.
Sebagaimana disebutkan olehnya, kapal yang diproduksi tersebut, dioperasikan di Lhokseumawe, namun ada juga kapal pesanan dari luar Lhokseumawe. Sedangkan waktu pembuatan satu unit kapal menghabiskan waktu sampai setahun lebih. Sementara, bahan baku yang digunakan adalah kayu dengan jenis tertentu.
"Masing-masing kapal yang dikerjakan tersebut rampung dengan waktu setahun atau lebih, karena tergantung dari bahan baku dan lain sebagainya. Sementara biaya pembuatan hingga mesin dan lain sebagainya satu unit kapal berkisar antara Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar," kata Kepala UPT PPI Pusong Lhokseumawe itu.