Senin 03 Dec 2018 08:39 WIB

Tetap Khidmat Beribadah di Katedral Saat Reuni 212

Reuni 212 dinilai telah ikut memperkuat rasa aman kaum minoritas.

Peserta aksi reuni 212 memadati kawasan Monas dan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Ahad (2/12/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Peserta aksi reuni 212 memadati kawasan Monas dan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Ahad (2/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Mimi Kartika, Umi Nur Fadhilah

Sejak Ahad (2/12) pagi, kawasan Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya sudah sesak oleh peserta aksi. Pada pagi hari, lalu lintas di keempat sisi Jalan Medan Merdeka sudah tersendat dipenuhi manusia. Sementara pada saat bersamaan, umat Kristiani juga harus melaksanakan ibadah pekanan mereka di Gereja Katedral Jakarta.

Dikelilingi Muslim sedemikian banyak, nyatanya kesakralan misa di katedral terbesar di Tanah Air tersebut tak terganggu. Sekretaris Seksi Pengamanan dan Tata Tertib Katedral, Albertus, mengatakan, ibadah misa berlangsung seperti biasa saat Reuni 212 berlangsung.

"Ibadah misa berlangsung seperti biasa, tidak ada hal khusus. Waktunya juga kita lakukan sesuai jadwal, yaitu pukul 06.00, 07.30, 09.00, 11.00, 17.00, dan 19.00 WIB," kata Albertus saat ditemui Republika di halaman Gereja Katedral Jakarta, kemarin.

Pantauan Republika,  jemaat terus berdatangan ke gereja yang letaknya berseberangan dengan Masjid Istiqlal tersebut. Tidak ada pengamanan khusus di sekitar Gereja Katedral Jakarta, meski sekitaran kawasan gereja juga dipadati massa Reuni 212.

Namun, Albertus mengatakan, jemaat yang hadir lebih sedikit dibandingkan biasanya. Menurut dia, hal itu lantaran sejumlah akses jalan menuju gereja tidak bisa dilalui karena digunakan untuk parkir sejumlah kendaraan. Ia mengatakan, jemaat tidak hanya dari warga Jakarta, melainkan dari sejumlah daerah di Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan kota lainnya.

"Mereka hari ini kebanyakan pakai angkutan umum karena akses jalan ke gereja ditutup dan dialihkan. Kalau Ahad pukul 09.00 (WIB) sampai luar juga ada (jamaah), tetapi ini berkurang dari biasanya," kata dia.

Seorang jemaat asal Bogor, Vivin (22), mengatakan, harus berjalan kaki dari Stasiun Juanda ke Gereja Katedral. Perjalanan itu biasanya ia tempuh menggunakan ojek daring.

Meski begitu, ia menekankan, ibadah misa tetap berlangsung secara khidmat. "Ada Reuni 212 tidak masalah, kami masih bisa ibadah di sini, tadi ibadah juga seperti biasanya saja. Khidmat, tenang," kata Vivin.

Hal senada diungkapkan James (26), jemaat asal Tangerang. Ia mengatakan, meski Reuni 212, tapi pelaksanaan ibadah misa berjalan khidmat. Menurut dia, kegiatan di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral kerap berbarengan, kendati demikian masing-masing ibadah masih tetap terlaksana dengan baik.

"Tidak ada masalah sama ibadahnya, tidak ada gangguan sama sekali kok. Kalau soal macet akses ke sini harusnya bisa diantisipasi," kata James.

Sebelumnya, pada Sabtu (1/12) malam, Sejumlah tokoh agama Kristiani sudah mengapresiasi Reuni 212. “Acara nuansa kebangsaan dan kedamaian memberikan jawaban bahwa kami (non-Muslim) tak perlu takut,” kata perwakilan Komunitas Kristen Katolik Indonesia, Pendeta Butje Sewu, di Hotel Alia Cikini, Jakarta Pusat.

Dia mengatakan, berdasarkan penjelasan yang diterima dari panitia, Reuni 212 mengusung tema masalah persaudaraan dan kebangsaan. Tema tersebut praktis menghilangkan rasa takut dan tak nyaman menjadi kaum minoritas di Indonesia.

“Seolah acara ini mareda ketakutan untuk agama Kristen dan yang lain. Karena berkumpul umat yang begitu banyak,” ujar Pendeta Butje.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement