Senin 03 Dec 2018 05:49 WIB

Semua Gegap Gempita Menyambut Reuni 212

Ada yang membagi ratusan kotak nasi, menjaga kesehatan, hingga membersihkan sampah.

Suasana masa mengikuti reuni aksi 212 di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Ahad, (2/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Suasana masa mengikuti reuni aksi 212 di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Ahad, (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ali Yusuf, Sapto Andika Candra

Reuni 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Ahad (2/12) kemarin menyisakan banyak kisah. Para peserta membawa semangat masing-masing menghadiri helatan tersebut.

Baca Juga

Di lokasi aksi, misalnya, Republika menemui sebanyak 15 orang difabel dari Yayasan Federasi Keluarga Cacat Tubuh Indonesia (FKCTI) dari sekitaran Jakarta dan Bekasi. Salah satu peserta dari FKCTI, Zaenal, mengatakan, mereka datang ke pusat aksi Reuni 212 menggunakan transportasi berbasis daring dengan lebih dulu berkumpul di Pasar Rumput, Manggarai.

"Saya bersama 14 teman datang menggunakan Grab, kami janjian bertemu di daerah Manggarai dan selanjutnya bersama-sama berangkat ke sini (Monas)," kata Zaenal saat ditemui di depan shelter busway Gambir II, Ahad (2/12).

Zaenal bersyukur, selama perjalanan tidak ada hambatan sama sekali. Bahkan, ketika datang, ia langsung disambut hangat peserta Reuni 212 yang lain. "Saat datang, kami disambut dengan antusias oleh para saudara kami yang lebih dulu tiba," kata Zaenal.

Zaenal mengatakan, niat datang ke acara Reuni 212 untuk bersilaturahim dengan teman-teman Muslim lainnya. Ia berharap hasil silaturahim akbar ini dapat membuat Indonesia lebih baik.

Sementara itu, sejumlah posko kesehatan disiapkan untuk melayani peserta aksi Reuni 212. Salah satunya didirikan tim dr Anna yang berada di Pintu Gambir I. Sejak Ahad (2/12) pagi, posko kesehatan ini sudah ramai didatangi peserta Reuni 212.

"Sudah ada tiga orang yang kami rujuk ke RS Budi Kemuliaan," kata dr Anna saat ditemui Republika.

Ia mengatakan, alasan ketiga pasien itu dirujuk ke RS Budi Kemulian karena penyakit yang dideritanya cukup berat. "Semuanya mengalami DSS (dengue shock syndrome)," ucapnya.

Anna mengungkapkan, posko kesehatan dan logistik tersebut didirikan murni atas prakasa dirinya sendiri tanpa bantuan pihak mana pun. "Saya lillahi ta'ala saja," ujarnya.

Untuk menangani pasien, wanita 65 tahun ini dibantu 35 orang yang terdiri atas 10 tim medis dan 25 orang bagian logistik untuk menyediakan makanan dan obat-obatan untuk diberikan kepada setiap pasien.

Sedangkan, Febi Rianto, seorang peserta Reuni 212 dari Palembang, Sumatra Selatan, terlihat memunguti sampah yang berserakan di jalan selepas aksi kemarin. "Ini sebagai bentuk tanggung jawab saya saja sebagai Muslim yang harus cinta terhadap kebersihan," kata Febi yang mengenakan gamis putih dan sorban saat ditemui di ruas jalan depan Kementerian Perdagangan RI, Ahad (2/12).

Febi datang dari Palembang bersama enam temannya menggunakan mobil. Ia tiba kemarin dini hari di Jakarta sebelum subuh.

Junaedi (49 tahun), seorang warga Kampung Baru, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, juga punya tujuan tersendiri kala menghadiri aksi kemarin. Pria yang sudah tak muda itu mengatakan, ia datang dari rumah sebelum subuh untuk mengantarkan ratusan kotak nasi.

"Sekitar 200 boks saya bawa untuk saudara kita yang ikut silaturahim," kata dia.

Menurut dia, sebagian makanan berupa kue kering dan basah juga sudah dia serahkan ke panitia untuk dibagikan. Junaedi tersenyum saat ditanya berapa biaya total uang yang dia keluarkan untuk membeli makanan. "Janganlah, itu urusan saya dengan Tuhan," kata dia.

Ribuan umat Islam dari tanah Minang juga tercatat ikut menghadiri aksi Reuni 212. Ribuan Muslim yang ikut bernostalgia atas aksi serupa dua tahun lalu tersebut berangkat secara mandiri dari Sumatra Barat.

Iman Front Pembela Islam (FPI) Sumbar Muhammad Busra Al Khalidy menyebutkan, berdasarkan catatannya, ada 1.283 umat Islam dari Tanah Minang yang ikut hadir di aksi damai Reuni 212 hari ini. "Yang berangkat di luar catatan kami lebih banyak, perkiraan lebih 3.000 orang," kata Buya Busra, Ahad (2/12).

Sedikit berbeda dengan aksi damai yang berlangsung dua tahun lalu, aksi kali ini dihadiri oleh mujahid tanpa menentukan ketua-ketua rombongan. Artinya, jamaah yang ingin berpartisipasi berangkat sesuai organisasi masyarakat (ormas) yang diikuti dan instansi masing-masing.

"Bermalam di Jakarta pun terpencar di masjid-masjid sekitar Monas. Ada juga yang langsung ke Monas. Ada juga yang bermalam di tempat biasa, yakni Masjid Makmur, Tanah Abang," ujar Buya Busra.

Peserta aksi kemarin memang diketahui datang juga dari tempat-tempat yang jauh. "Kami pulang sore ini ke Batam setelah menginap selama satu malam," ujar seorang peserta dari Batam, Tomi Agus, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Tomi mengatakan, ia datang ke Jakarta bersama seorang temannya. Namun, saat pulang ke Batam, dia bertemu dengan para peserta reuni lainnya di bandara.

Ia mengaku telah mengeluarkan dana sendiri agar bisa ikut dalam aksi tersebut. Tidak hanya dana untuk transportasi, dia juga mengeluarkan dana untuk penginapan dan makan. “Tidak masalah, asalkan bisa ikut reuni ini," ujar dia.

Dengan mengikuti reuni tersebut, dia mendapatkan pelajaran mengenai pentingnya persaudaraan Islam. Dia berharap rasa persaudaraan itu bisa terus terjaga. "Ini momen kebersamaan bagi umat Islam. Reuni ini, terlepas dari konstelasi politik, merupakan momentum kebersamaan umat Islam," ujar dia.

Dia menambahkan, berdasarkan informasi yang diterimanya, setidaknya lebih dari 1.200 peserta berasal dari Batam. Dibandingkan tahun sebelumnya, Tomi mengatakan, jumlah peserta kali ini lebih banyak. (antara, ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement