Rabu 28 Nov 2018 15:20 WIB

Jumlah Alat Peringatan Dini Tanah Longsor di DIY Kurang

Tiga dari lima kabupaten/kota di DIY rawan terjadi tanah longsor.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Bencana tanah longsor.
Foto: Antara.
Bencana tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peralatan peringatan dini tanah longsor atau Early Warning System (EWS) menjadi salah satu hal yang wajib untuk dipenuhi dalam penanggulangan bencana di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, jumlah alat EWS yang terpasang saat ini dinilai masih sangat kurang dibanding dengan area wilayah yang berpotensi tanah longsor.

Sebenarnya, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana, ratusan unit EWS telah dipasang di wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor.

Di Kabupaten Bantul misalnya, pihaknya telah menambah tiga unit EWS, belum lama ini. Sementara di Kulonprogo, terdapat 87 unit EWS yang dipasang oleh BPBD Kulonprogo yang tersebar di seluruh wilayah rawan longsor.

Hanya saja, diakui jumlah peralatan itu masih kurang. Sehingga, pihaknya telah memprogramkan pemasangan EWS untuk semua wilayah yang berpotensi longsor hingga akhir 2021 mendatang. Ia menambahkan, dari pemetaan BPBD setempat, tiga dari lima kabupaten/kota yang ada di DIY memiliki wilayah yang memungkinkan terjadinya tanah longsor.

Antara lain Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo, dan Bantul. Ia memaparkan, di Gunungkidul bencana longsor  sering melanda di empat Kecamatan masing-masing Gedangsari, Patuk, Ponjong dan Nglipar. 

Kemudian di Bantul dari 75 desa, terdapat 11 desa yang berada di zona merah bencana tanah longsor. Ke-11 desa tersebut tersebar di lima kecamatan yakni, Kecamatan Piyungan, Imogiri, Dlingo, Pundong, dan Pleret. "Di Kecamatan Dlingo, ada dua desa masing-masing Mangunan dan Munthuk," ujarnya, Rabu (28/11).

Adapun di Kecamatan Imogiri ada Sriharjo, Selopamioro, Karang Tengah, Wukirsari, dan Girirejo. Kecamatan Piyungan dua desa juga yaitu Srimartani dan Srimulyo. Kecamatan Pundong ada Desa Seloharjo, dan terakhir Desa Wonolelo di Kecamatan Pleret.

Lima kecamatan di Kulonprogo masuk dalam daerah rawan bencana tanah longsor, yakni Kalibawang, Pengasih, Samigaluh, Kokap, dan Girimulyo. "Wilayah-wilayah tersebut memang masuk dalam daerah perbukitan dengan kontur tanah dan sebagian labil sehingga rawan longsor ketika terjadi hujan," jelasnya.

Oleh karenanya, ia meminta kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana yang ditimbulkan dengan datangnya musim penghujan. Ancaman paling besar  di musim penghujan seperti sekarang ini adalah bencana tanah longsor.

"Sebab, sebagian wilayah DIY masuk dalam daerah perbukitkan yang memungkinkan adanya bencana tanah longsor,” kata Biwara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement